
PERNAHKAH Anda merasa bingung menghadapi masalah kompleks yang seolah memerlukan lebih dari sekadar pemahaman dasar?
Dalam dunia yang semakin kompleks ini, kemampuan berpikir bukan hanya soal mengumpulkan informasi, tetapi juga soal memahami, menganalisis, dan mengambil keputusan yang tepat.
Itulah mengapa memahami 6 level berpikir menjadi kunci penting dalam meningkatkan kualitas pengetahuan dan keputusan kita sehari-hari.
Konsep ini, yang dikembangkan dari Taksonomi Bloom oleh Benjamin Bloom pada tahun 1956, menyajikan peta jalan yang membantu kita meningkatkan cara berpikir kita, dari yang paling dasar hingga yang paling kompleks. Mari kita eksplorasi keenam level ini.
1. Pengetahuan (Knowledge)
Level pertama dalam hierarki berpikir ini adalah pengetahuan. Di tahap ini, seseorang mengingat kembali informasi yang sudah diperoleh sebelumnya.
Sederhananya, ini adalah level di mana kita sekadar mengumpulkan fakta, definisi, atau konsep tanpa harus memahaminya secara mendalam.
Sebagai contoh, seorang siswa yang menghafal rumus matematika, nama tokoh sejarah, atau istilah ilmiah berada pada level pengetahuan.
Namun, sekadar mengetahui tidak cukup jika kita ingin memahami lebih jauh. Menurut Bloom, level ini penting sebagai dasar, tetapi kita harus melangkah lebih jauh untuk mengembangkan pemahaman kritis.
2. Pemahaman (Comprehension)
Setelah mengumpulkan pengetahuan, pemahaman menjadi langkah berikutnya. Pada level ini, kita tidak hanya sekadar mengetahui informasi, tetapi juga menginterpretasi dan memahami maknanya.
Misalnya, memahami bagaimana rumus matematika bekerja dalam konteks masalah sehari-hari atau menjelaskan sebab-akibat dalam suatu peristiwa sejarah.
Baca juga: Trik Belajar Pintar & Jago Mengelola Waktu
Menurut sebuah studi dari National Research Council (2000), pemahaman adalah kemampuan untuk menjelaskan konsep dalam kata-kata kita sendiri.
3. Penerapan (Application)
Penerapan adalah level di mana pengetahuan dan pemahaman mulai diaplikasikan dalam situasi nyata. Di sini, kita menggunakan informasi yang telah dipelajari untuk menyelesaikan masalah atau menyelesaikan tugas-tugas spesifik.
Misalnya, seorang arsitek menerapkan prinsip-prinsip fisika dan matematika untuk mendesain bangunan yang aman dan efisien.
Menurut laporan dari American Educational Research Association (AERA), penerapan konsep-konsep teoretis dalam dunia nyata meningkatkan keterampilan problem solving yang esensial di berbagai bidang.
4. Analisis (Analysis)
Pada level analisis, kita mulai membedah informasi menjadi komponen-komponen yang lebih kecil untuk memahami bagaimana bagian-bagian tersebut saling berhubungan.
Ini adalah tahap berpikir kritis di mana kita harus mengidentifikasi pola, memilah-milah informasi, dan memahami struktur di balik sebuah fenomena.
Sebagai contoh, seorang ilmuwan yang menganalisis hasil eksperimen harus bisa menguraikan variabel-variabel penting, hubungan antara data, dan penyebab potensial dari hasil yang diperoleh.
Baca juga: Generasi Unggul, Kebutuhan Indonesia Emas 2045
Menurut artikel di Journal of Cognitive Science, kemampuan analisis berhubungan langsung dengan peningkatan kreativitas dan inovasi.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis adalah level di mana kita menggabungkan berbagai elemen informasi yang telah dianalisis untuk menciptakan sesuatu yang baru.
Di tahap ini, seseorang menyusun ulang informasi dan menghasilkan solusi baru atau konsep yang belum ada sebelumnya.
Dalam dunia bisnis, misalnya, kemampuan ini sangat penting ketika seseorang mencoba mengembangkan produk atau strategi baru berdasarkan data pasar yang tersedia.
Menurut Howard Gardner dalam bukunya “Frames of Mind”, sintesis membutuhkan kemampuan intelektual yang tinggi karena melibatkan kombinasi ide dan solusi yang kreatif.

6. Evaluasi (Evaluation)
Puncak dari hierarki berpikir adalah evaluasi. Di tahap ini, kita membuat penilaian atas suatu ide, karya, atau solusi berdasarkan kriteria tertentu.
Evaluasi melibatkan keputusan kritis: apakah sebuah solusi efektif, apakah sebuah teori masuk akal, atau apakah sebuah karya seni memiliki nilai estetika yang tinggi.
Contoh nyata dari evaluasi adalah ketika seorang juri dalam kompetisi menilai hasil karya berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
Baca juga: Kerja Dulu Baru S2 atau S2 Dulu Baru Kerja?
Mengutip Bloom, evaluasi adalah esensi dari berpikir tingkat tinggi karena memerlukan integrasi semua level sebelumnya, dari pengetahuan hingga sintesis.
Saling Terkait
Dari pengetahuan hingga evaluasi, setiap level berpikir ini saling terkait dan membantu kita dalam memproses informasi dengan lebih efektif.
Dalam dunia yang penuh dengan tantangan kompleks, kemampuan untuk naik dari level berpikir dasar menuju evaluasi adalah kunci untuk mengambil keputusan yang lebih baik, mengatasi masalah, dan terus berkembang dalam karier serta kehidupan pribadi.
Baca juga: Mengapa Bersikap Sinis Menghambat Karier Anda?
Mengembangkan kemampuan berpikir ke level yang lebih tinggi bukanlah tugas yang mudah. Tetapi, dengan kesadaran dan latihan, kita semua bisa menjadi pemikir yang lebih kritis dan kreatif. ***
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.