
DI TENGAH sukses gemilang Tokopedia, Gojek, dan Bukalapak sebagai unicorn dan decacorn, fenomena menarik terjadi: satu per satu pendirinya memilih untuk mundur dari jabatan mereka.
Keputusan ini menimbulkan pertanyaan besar tentang alasan di balik langkah mundur mereka, yang terjadi pada saat perusahaan-perusahaan tersebut mencapai puncak kesuksesannya.
William Tanuwijaya, salah satu pendiri GoTo – dulu Tokopedia (red), adalah contoh terbaru. Setelah menjabat sebagai co-founder dan co-chairman sejak Mei 2021, dia mengumumkan kepergiannya pada Juni 2024. Ini menandai akhir dari era kepemimpinan langsung dari para pendiri di perusahaan-perusahaan teknologi terbesar Indonesia.
Fenomena serupa juga terjadi pada pendiri Bukalapak dan Gojek. Achmad Zaky, pendiri Bukalapak, meninggalkan posisinya pada 2020 setelah membangun perusahaan e-commerce terbesar di Indonesia.
Baca juga: Belanja Online Semakin Digemari di Indonesia
Sementara itu, Nadiem Makarim, pendiri Gojek, juga mengundurkan diri setelah perusahaan tumbuh menjadi platform layanan super app terkemuka di Asia Tenggara, meski dengan alasan diminta menjadi Menteri Pendidikan oleh Presiden Jokowi.
Keputusan mundur dari para pendiri ini menunjukkan bahwa mereka mungkin merasa perannya dalam perusahaan sudah tidak lagi sejalan dengan visi atau ambisi pribadi mereka.
Di tingkat global, fenomena serupa terlihat pada Jack Ma dari Alibaba, yang mengundurkan diri dari jabatannya sebagai chairman pada 2019 setelah membangun Alibaba menjadi salah satu perusahaan e-commerce terbesar di dunia.
Para analis industri mencatat bahwa peran pendiri dapat mengalami perubahan signifikan seiring dengan pertumbuhan perusahaan yang semakin kompleks. Apalagi, setelah melantai di bursa saham.
Tantangan dalam mengelola perusahaan yang semakin besar dan tuntutan pasar yang semakin ketat mungkin menjadi faktor utama di balik keputusan mundur ini.
Selain itu, pendiri juga mungkin melihat keputusan ini sebagai langkah strategis untuk memungkinkan generasi berikutnya memimpin perusahaan ke tahap selanjutnya.
Dengan demikian, keputusan mundur para pendiri ini tidak hanya menjadi bagian dari dinamika kepemimpinan di perusahaan-perusahaan teknologi Indonesia, tetapi juga merupakan refleksi dari evolusi dalam ekosistem startup global yang terus berkembang. ***