
DI TENGAH kemegahan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-47 ASEAN di Malaysia, Sabtu (25/10), satu momen sederhana mendadak jadi sorotan. Bukan tentang pidato para pemimpin, bukan pula soal perundingan politik. Tapi tentang istri Perdana Menteri Singapura yang memilih menenteng sendiri dua tas di karpet merah.
Gestur Kecil yang Tak Lazim
Begitu mobil berstiker KTT ASEAN berhenti di depan arena penyambutan, PM Lawrence Wong keluar di satu sisi untuk disambut pejabat Malaysia, Nga Kor Ming.
Dari sisi lain, sang istri melangkah keluar, membawa dua tas di tangannya. Satu di kiri, satu di kanan.
Tanpa ajudan, tanpa protokol yang biasanya sigap membantu.
Adegan itu sekejap terekam kamera dan langsung viral.
Dalam dunia diplomatik yang penuh aturan dan simbol, membawa sendiri barang pribadi di jalur karpet merah adalah hal yang jarang terjadi.
Namun, Lui — istri PM Wong — melakukannya dengan tenang dan anggun, seolah hal itu adalah bagian wajar dari dirinya.
Elegansi yang Tak Dibuat-Buat
Ketika PM Wong memperkenalkan istrinya kepada pejabat Malaysia, Lui hanya bisa menyalami dengan satu tangan karena tangan lainnya masih memegang tas besar berwarna hitam. Tapi tak ada canggung di wajahnya. Langkahnya tegap, seimbang dengan langkah suaminya, menembus jajaran kehormatan tanpa kehilangan senyum.
Netizen pun bereaksi. Sebagian warga Malaysia bertanya mengapa tak ada yang membantunya. Sementara banyak warga Singapura melihatnya sebagai simbol independensi dan kesederhanaan.

Bagi sebagian orang, itu mungkin soal pilihan pribadi. Bagi yang lain, itu pesan tentang kemandirian di tengah tata protokol yang serba diatur.
Sederhana adalah Gaya
Pasangan Wong–Lui memang dikenal praktis dan efisien.
Pada kunjungan resmi tahun lalu, PM Wong juga terlihat membawa sendiri tas kerja di karpet merah.
Mereka bahkan pernah terbang dengan maskapai berbiaya rendah Scoot usai menghadiri KTT ASEAN di Laos.
Gestur itu memperlihatkan bahwa gaya hidup sederhana bukan soal citra, melainkan cara pandang.
Tentang bagaimana kekuasaan tak harus ditunjukkan lewat kemewahan, dan bagaimana pemimpin bisa tetap manusia biasa, membawa sendiri apa yang menjadi miliknya.
Lebih dari Sekadar Dua Tas
Di tengah protokol yang kaku dan gemerlap diplomasi, Lui tampil apa adanya.
Dua tas yang ia bawa menjadi simbol baru tentang kesetaraan dan autentisitas, bahwa keanggunan bukan diukur dari siapa yang melayani, tapi dari bagaimana seseorang memaknai perannya.
Kadang, hal paling luar biasa datang dari yang paling sederhana.
Dan di KTT ASEAN kali ini, pesan itu datang dari seorang perempuan yang berjalan pelan di karpet merah, dengan dua tas di tangannya, dan kepala yang tetap tegak. ***
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.