Penelitian Terbaru, Polusi Suara Ancam Kehidupan Satwa di Antartika

Penguin Gentoo berdiri di atas es Antartika, tak jauh dari kawasan lindung Pulau Ardley yang mulai terusik oleh kebisingan aktivitas manusia. Foto: Pixabay/ Pexels.

DI BALIK sunyinya lanskap es yang membentang di Antartika, ada gangguan baru yang nyaris tak terlihat tapi sangat terasa bagi makhluk hidup di sana: kebisingan.

Sebuah studi kolaboratif dari Universitas Republik Uruguay (Udelar) dan Universitas Pompeu Fabra (UPF) di Spanyol mengungkap bahwa suara-suara yang dihasilkan oleh aktivitas manusia—termasuk dari generator listrik—berpotensi mengganggu kehidupan satwa liar di Pulau Ardley, salah satu Area Lindung Khusus Antartika (ASPA 150). Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Ecological Informatics.

Kebisingan di Tengah Keheningan

Pulau Ardley, tempat penting bagi burung laut seperti penguin, skua, dan dara laut, serta tempat singgah mamalia laut seperti singa laut dan anjing laut gajah, ternyata tidak sehening yang dibayangkan. Aktivitas logistik dan ilmiah dari pangkalan-pangkalan manusia di Semenanjung Fildes, yang terletak hanya beberapa kilometer dari pulau itu, membawa serta kebisingan mekanis yang konstan.

Baca juga: Gletser Dunia Meleleh, 2 Miliar Jiwa Terancam Krisis Air

Para peneliti merekam suara dari pulau ini selama musim panas 2022 dan 2023. Hasilnya, suara dari generator listrik yang berada 2 kilometer jauhnya masih terdengar jelas di dalam kawasan lindung. Ini menandakan bahwa satwa liar di sana tak luput dari gangguan suara yang tidak alami.

Ancaman Psikologis bagi Fauna

Kebisingan ternyata bukan sekadar gangguan sesaat. Bagi fauna Antartika, terutama burung dan mamalia laut, suara merupakan alat komunikasi vital. Dari sinyal peringatan predator hingga panggilan untuk kawin, semua bergantung pada sinyal akustik yang bersih dan jernih.

Baca juga: Studi Prediksi Arktik Alami Musim Panas Tanpa Es Laut pada 2027

Penguin Gentoo di habitat alaminya, Antartika. Studi terbaru mengungkap kebisingan dari generator manusia dapat mengganggu perilaku satwa seperti ini. Foto: Pixabay/ Pexels.

Menurut Martín Rocamora dari UPF, kebisingan dapat memicu berbagai perubahan perilaku. Hewan bisa mengubah frekuensi suara, kehilangan kemampuan mendengar, atau menunjukkan tingkat stres yang tinggi. Semua ini berpotensi menurunkan tingkat kelangsungan hidup, apalagi di lingkungan ekstrem seperti Antartika.

Perspektif Baru tentang Perlindungan Ekosistem

Selama ini, isu polusi suara lebih banyak dikaji dalam konteks laut. Namun, penelitian ini membuka cakrawala baru: spesies darat di lingkungan ekstrem pun rentan terhadap gangguan kebisingan.

Baca juga: Ketika Es Antartika Mencair, Badai Laut Datang Lebih Sering

Para peneliti menekankan perlunya tindakan konkret. Mereka merekomendasikan dua strategi: melakukan pemantauan suara secara rutin dan menerapkan kebijakan mitigasi kebisingan di seluruh wilayah Antartika. Tanpa langkah nyata, kebisingan dapat menjadi salah satu faktor pemicu degradasi ekosistem kutub selatan.

Antartika memang jauh, tapi dampaknya bisa dekat. Apa yang terjadi di kutub tak lepas dari ulah kita. Dalam upaya menjaga keberlanjutan bumi, suara menjadi satu elemen yang kerap terabaikan. Kini, saatnya memberi ruang bagi keheningan yang dibutuhkan oleh penghuni asli Antartika. ***

Artikel ini hasil kolaborasi antara Mulamula.id dan SustainReview.id, untuk menghadirkan wawasan mendalam seputar isu keberlanjutan dan transformasi hijau.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *