Penglipuran, Bali: Harmoni Tradisi dalam Keheningan Tanpa Kendaraan

Sarapan estetis di tengah Desa Penglipuran, Bali, sambil menghirup udara segar dan menikmati suasana tenang tanpa bising kendaraan. Foto: Instagram/ @penglipuranofficial.
Pengantar Redaksi

Hari ini, Mulamula.id menghadirkan laporan terakhir dalam serial “5 Wilayah di Dunia yang Melarang Mobil”. Setelah menjelajahi Oslo, Pulau Mackinac, Hamburg, dan Fes el-Bali, kini kita menuju Penglipuran, Bali. Desa adat ini menjadi contoh bagaimana sebuah komunitas bisa tetap maju tanpa meninggalkan nilai-nilai tradisionalnya.


SEJUKNYA udara pagi menyambut setiap langkah di Desa Penglipuran, Bangli, Bali. Tidak ada deru kendaraan bermotor yang mengganggu. Tidak ada klakson yang memecah keheningan. Hanya desir angin, suara langkah kaki di atas jalan berbatu, dan obrolan ringan warga yang berpadu harmonis dengan alam.

Di desa ini, mobil dan sepeda motor tidak diperbolehkan masuk ke permukiman utama. Semua kendaraan harus berhenti di tempat parkir yang telah disediakan di bagian luar desa. Hanya ada satu pengecualian: kursi roda bagi penyandang disabilitas. Selebihnya, setiap orang harus berjalan kaki atau menggunakan sepeda untuk berkeliling desa.

Baca juga: Hamburg, Jerman: Menuju Kota Hijau Tanpa Mobil

“Kami sudah berkomitmen sejak lama, kendaraan bermotor tidak boleh masuk ke area pemukiman utama,” ujar I Nengah Moneng, salah satu sesepuh desa, sebagaimana dikutip dari Detik Travel. Bagi warga Penglipuran, kebijakan ini bukan sekadar aturan, melainkan cerminan dari filosofi Tri Hita Karana, ajaran Hindu Bali yang menekankan keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan.

Larangan yang Membawa Dampak Besar

Larangan kendaraan ini membawa dampak besar bagi lingkungan, kenyamanan, dan kualitas hidup warga. Tidak ada polusi udara yang menyesakkan napas, tidak ada limbah oli yang mencemari tanah. Jalan-jalan desa tetap bersih, udara tetap segar. Anak-anak bisa bermain bebas tanpa khawatir tertabrak kendaraan, sementara para lansia bisa menikmati hari-hari mereka dengan tenang.

Baca juga: Pulau Mackinac, Amerika Serikat: Seabad Tanpa Mobil, Tetap Eksotis

Namun, bukan hanya warga yang merasakan manfaatnya. Para wisatawan yang berkunjung ke Penglipuran pun merasakan pengalaman yang berbeda. Berjalan kaki menyusuri jalan berbatu desa ini seperti memasuki lorong waktu.

Rumah-rumah tradisional berdiri berjejer rapi, mencerminkan keteraturan dan kedisiplinan masyarakatnya. Halaman-halaman tertata bersih, dengan tanaman hijau yang menambah kesegaran suasana.

Penglipuran, desa adat di Bali, melarang kendaraan bermotor demi menjaga ketenangan, kebersihan, dan kelestarian budayanya. Ini merupakan bagian dari tradisi menjaga harmoni antara manusia dan alam. Foto: Instagram/ @lensasultan by @penglipuranofficial.

Bagi banyak pelancong, Penglipuran menjadi oase ketenangan di tengah hiruk-pikuk Bali. Di sini, mereka bisa merasakan esensi kehidupan desa yang masih kental dengan nilai-nilai adat. Wisatawan tidak hanya datang untuk menikmati keindahan arsitektur tradisional, tetapi juga untuk merasakan atmosfer desa yang benar-benar bebas dari kebisingan dan polusi kendaraan.

Keputusan Sederhana Melarang Kendaraan

Langkah ini juga menjadikan Penglipuran sebagai salah satu desa terbersih di dunia, sejajar dengan desa-desa ramah lingkungan lainnya seperti Giethoorn di Belanda atau Mawlynnong di India. Dunia mengakui bahwa keputusan sederhana untuk melarang kendaraan bisa menciptakan perbedaan besar dalam menjaga lingkungan dan kualitas hidup.

Baca juga: Oslo, Norwegia: Kota Ramah Lingkungan yang Melarang Mobil

Dengan mempertahankan aturan ini, Penglipuran telah membuktikan bahwa modernisasi tidak harus mengorbankan nilai-nilai tradisional. Desa ini tidak hanya menjadi contoh bagi komunitas adat lain di Indonesia, tetapi juga bagi kota-kota besar yang ingin mencari solusi mobilitas berkelanjutan.

Inspirasi dari Kota-kota Bebas Kendaraan

Dengan berakhirnya serial ini, kita telah melihat bagaimana 5 wilayah di dunia—Oslo, Pulau Mackinac, Hamburg, Fes el-Bali, dan Penglipuran—menerapkan larangan kendaraan bermotor untuk menjaga lingkungan, budaya, dan kualitas hidup.

Langkah-langkah ini menunjukkan bahwa dunia semakin menyadari pentingnya mobilitas berkelanjutan. Mungkin di masa depan, semakin banyak kota dan desa yang mengikuti jejak mereka. Bagaimana menurutmu? Apakah Indonesia bisa menerapkan lebih banyak kawasan bebas kendaraan?

Terima kasih telah mengikuti serial ini, sampai jumpa di laporan bersambung berikutnya. ***

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *