
KETIKA Prada memperkenalkan sandal kulit pria dalam peragaan busana Spring/Summer 2026 di Milan Fashion Week, tak banyak yang menyangka bahwa produk itu akan memicu kontroversi lintas benua.
Sekilas, sandal tersebut tampak sebagai bagian dari tren fashion terbaru. Namun, publik India langsung mengenali bentuknya. Mirip dengan Kolhapuri chappal, alas kaki tradisional India yang berakar dari wilayah Maharashtra dan telah diwariskan turun-temurun selama berabad-abad.
Yang memantik kemarahan bukan semata kemiripan desain, melainkan absennya pengakuan. Dalam siaran pers resmi Prada, tak disebut sama sekali bahwa desain tersebut terinspirasi dari Kolhapuri.
Baca juga: Real Madrid X Louis Vuitton, Gaya Baru Sang Raja Sepak Bola
Tuntutan Pengakuan Budaya
Para pengrajin Kolhapuri pun bereaksi. Mereka mendatangi Kepala Menteri Maharashtra, Devendra Fadnavis, dan meminta kejelasan. Tuntutannya jelas, akui sumber inspirasinya, hormati warisan budaya.

Merespons tekanan tersebut, Prada akhirnya angkat bicara. Lorenzo Bertelli, putra pemilik Prada sekaligus kepala CSR perusahaan, mengirimkan pernyataan resmi kepada Kamar Dagang Maharashtra. Dalam surat tertanggal 27 Juni itu, ia menulis, “Kami mengakui bahwa sandal tersebut terinspirasi oleh alas kaki tradisional buatan tangan India, yang memiliki warisan berusia berabad-abad.”
Ketimpangan Harga yang Menyakitkan
Satu pasang sandal Kolhapuri asli bisa dibeli dengan harga sekitar Rp 200 ribu di pasar lokal India. Namun, versi Prada dijual dengan harga fantastis, mulai dari USD 844 atau sekitar Rp 13,7 juta. Perbedaan harga ini mengundang pertanyaan, siapa yang benar-benar diuntungkan dari warisan budaya ini?

Walaupun Prada menyatakan bahwa desain tersebut belum tentu diproduksi secara massal, pertanyaan etika tetap menggantung. Apalagi, ini bukan kasus pertama. Sebelumnya, brand internasional lain juga dikritik karena menjual kalung Mangalsutra, simbol pernikahan perempuan India, dengan harga puluhan juta rupiah.
Baca juga: India, Tradisi Lisan dan Ledakan Literasi
Jalan Tengah: Kolaborasi, Bukan Eksploitasi
Juru bicara Prada menegaskan bahwa perusahaan selalu menghargai keahlian dan tradisi dalam setiap desainnya. Bertelli bahkan membuka pintu dialog dan kerja sama dengan para pengrajin lokal India di masa depan.
Namun, di era kesadaran budaya global yang semakin tinggi, pengakuan saja tak cukup. Dunia mode internasional kini dituntut tidak hanya terinspirasi, tetapi juga berbagi ruang dan manfaat dengan para pemilik asli budaya tersebut. ***
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.