Primata Indonesia Terancam Punah, Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Siamang Klossii (Hylobates klossii), primata endemik Mentawai, terancam hilang akibat perburuan dan penyusutan hutan alamnya. Foto: Nihongraphy 2/ Pexels.

LEBIH dari 100 ilmuwan dan pakar konservasi dari seluruh dunia kembali mengangkat alarm: dunia berada di ambang kehilangan beberapa spesies primata paling unik dan langka. Laporan terbaru hasil kolaborasi International Union for Conservation of Nature (IUCN), International Primatological Society, dan organisasi nirlaba Re:wild, merinci 25 spesies primata paling terancam punah secara global.

Laporan ini bukan sekadar daftar nama. Ia menyajikan gambaran muram tentang masa depan primata jika tak ada aksi nyata. Terbit secara berkala sejak 2000, dokumen ini telah mencatat 103 spesies berbeda yang masuk kategori “paling terancam”. Ancaman utama? Perusakan habitat, perburuan liar, perubahan iklim, dan perdagangan ilegal satwa liar.

Wajah Krisis dari Madagaskar hingga Mentawai

Madagaskar, pulau dengan keanekaragaman hayati tinggi, menjadi salah satu titik panas dalam laporan ini. Di sana, hidup primata terkecil di dunia: Lemur Tikus Madame Berthe (Microcebus berthae). Ironisnya, hewan mungil ini justru menghadapi kepunahan dalam waktu dekat. Habitatnya yang sempit terus menyusut karena praktik pertanian tebang-bakar.

Baca juga: Pulau Lindung di Teluk Balikpapan, Harapan Baru untuk Orangutan

Sementara itu, Indonesia tak luput dari sorotan. Orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis)—spesies kera besar paling langka di dunia—hanya tersisa sekitar 800 ekor di hutan-hutan Sumatra. Ditemukan sebagai spesies baru pada 2017, keberadaannya langsung masuk daftar merah. Fragmentasi habitat akibat pembangunan dan penebangan menjadi ancaman utama.

Dari Kepulauan Mentawai, tiga primata endemik juga masuk daftar: siamang klossii (Hylobates klossii), lutung hidung pesek ekor babi (Simias concolor), dan monyet Siberut (Macaca siberu). Populasi mereka menyusut akibat ekspansi kebun kelapa sawit, perburuan, dan hilangnya hutan primer.

“Mereka bukan sekadar satwa liar. Primata memainkan peran penting dalam ekosistem hutan, termasuk penyebaran biji dan menjaga keseimbangan hayati,” tegas Dr. Russell Mittermeier dari IUCN.

Seekor orangutan Tapanuli di hutan Sumatra. Spesies ini kini hanya tersisa sekitar 800 ekor di alam liar. Foto: Cesar Aguilar/ Pexels
Ancaman Tak Kasatmata, Krisis Konservasi

Laporan ini menyebut bahwa banyak populasi primata kini berada di titik kritis. Namun, krisis ini sering luput dari perhatian publik dan pembuat kebijakan. Salah satu penyebab utamanya adalah minimnya pendanaan dan rendahnya penegakan hukum terhadap pelanggaran kehutanan.

Namun, harapan belum sepenuhnya hilang. Laporan memberikan empat rekomendasi utama:

  1. Perlindungan ketat terhadap habitat kunci.
  2. Keterlibatan masyarakat adat dan lokal sebagai penjaga hutan.
  3. Pendanaan yang konsisten untuk program konservasi jangka panjang.
  4. Penegakan hukum terhadap deforestasi ilegal dan perdagangan satwa.

Baca juga: Selamatkan Gajah Sumatra, Aceh Jadi Fokus Konservasi

“Kita punya pengetahuan dan alatnya. Tapi tanpa tindakan dan investasi segera, kita akan kehilangan lebih dari sekadar spesies—kita kehilangan warisan biologis dan budaya,” ungkap Dr. Christoph Schwitzer, salah satu penyusun laporan.

Menimbang Masa Depan

Bagi para pegiat keberlanjutan di Indonesia, laporan ini menjadi pengingat serius. Keberlanjutan tak hanya soal energi atau karbon. Ini tentang menjaga kehidupan yang tersisa di bumi—termasuk para primata yang selama ribuan tahun telah berbagi ekosistem dengan manusia.

Saat dunia bergerak menuju agenda hijau, perlindungan terhadap spesies langka dan habitatnya harus menjadi bagian integral dari kebijakan pembangunan berkelanjutan. Tanpa itu, kita hanya mempercepat kehilangan yang tak tergantikan. ***

Artikel ini hasil kolaborasi antara Mulamula.id dan SustainReview.id, untuk menghadirkan wawasan mendalam seputar isu keberlanjutan dan transformasi hijau.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *