Rahasia Sukses Pengusaha Tionghoa yang Jarang Terungkap

Nilai-nilai tradisional seperti kerja keras, hemat, dan loyalitas keluarga jadi fondasi bisnis keturunan Tionghoa. Foto: Ilustrasi/ Lukas/ Pexels.

MENGAPA banyak pengusaha sukses di Asia berasal dari etnis Tionghoa? Tak hanya di China, pola ini juga terlihat jelas di Indonesia. Forbes mencatat, lima besar orang terkaya di Indonesia semuanya berasal dari keluarga keturunan Tionghoa.

Fenomena ini bukan kebetulan. Di balik keberhasilan itu, ada sejarah panjang, filosofi hidup, dan prinsip bisnis yang diwariskan lintas generasi.

Etos Bertahan dari Sejarah Kelam

Penelitian John Kao dari Harvard Business Review mengungkap pola yang menarik. Dari 150 pengusaha keturunan Tionghoa yang diwawancarainya, mayoritas adalah generasi pertama dari imigran yang melarikan diri dari perang, krisis ekonomi, hingga revolusi kebudayaan di China.

Sebagian pernah kehilangan rumah, harta, bahkan keluarga. Trauma masa lalu itulah yang memupuk daya tahan luar biasa. Mereka tumbuh dengan mentalitas bertahan, bekerja keras, dan mengutamakan keamanan ekonomi keluarga.

Baca juga: Mengapa Etnis Tionghoa Ada di Mana-mana?

Filosofi Konfusianisme dalam Bisnis

Tradisi Konfusianisme menjadi fondasi kuat dalam cara etnis Tionghoa menjalankan bisnis. Nilai-nilai seperti keharmonisan, kesetiaan, dan penghargaan terhadap keluarga menjadi prinsip utama.

Baca juga: Para Raja Bisnis: 10 Orang Terkaya Indonesia 2024

Dalam budaya bisnis Tionghoa, keluarga bukan hanya lingkaran pribadi, tetapi juga inti dari sistem kerja. Dalam banyak kasus, keputusan bisnis penting lebih dipercaya kepada kerabat, meski mereka kurang kompeten, dibandingkan profesional dari luar.

Delapan Prinsip Kunci Bisnis Tionghoa

Berikut delapan prinsip yang menjadi pegangan banyak pengusaha Tionghoa, menurut hasil riset John Kao:

  1. Hemat sebagai kunci bertahan hidup.
  2. Menabung sebanyak mungkin.
  3. Kerja keras untuk mengantisipasi krisis.
  4. Keluarga adalah satu-satunya yang benar-benar bisa dipercaya.
  5. Keputusan bisnis diprioritaskan pada pendapat keluarga.
  6. Struktur kepemimpinan pria untuk menjaga arah perusahaan.
  7. Investasi berbasis kekerabatan, bukan hanya logika bisnis.
  8. Mengutamakan aset berwujud (seperti properti dan emas) dibanding aset tidak berwujud.

Baca juga: Zhang Yiming, Pendiri TikTok, Geser Tahta Orang Terkaya di China

Bisnis Realistis, Warisan Dinasti

Tak mengherankan jika banyak pengusaha keturunan Tionghoa membangun kerajaan bisnis di sektor real estate, ekspor-impor, logistik, dan manufaktur. Semua sektor ini menekankan kontrol langsung dan kestabilan jangka panjang.

Baca juga: Bakoel Koffie, Warung Kopi Tertua di Indonesia

Model bisnis keluarga ini juga menjelaskan mengapa posisi pemimpin dalam perusahaan biasanya diwariskan. Bahkan eksekutif profesional di Asia pun sering menerima kehadiran anggota keluarga pemilik sebagai atasan, bukan karena keahlian teknis, tetapi karena legitimasi darah.

Menjadi Kepala Ayam, Bukan Ekor Sapi

Salah satu pepatah Tionghoa yang terus hidup di kalangan pengusaha adalah: “Lebih baik menjadi kepala ayam daripada ekor sapi besar.”

Artinya, lebih baik memimpin bisnis sendiri meski kecil, daripada menjadi bawahan dalam perusahaan besar. Prinsip ini mendorong banyak keturunan Tionghoa untuk membangun bisnis dari nol, mandiri, dan tahan banting. ***

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *