Saat Bali Berhenti, Keheningan Nyepi dan Harmoni dengan Alam

Keheningan menyelimuti kawasan wisata Bali saat Hari Raya Nyepi. Tanpa hiruk-pikuk wisatawan, Nyepi menghadirkan ketenangan yang menjadi momentum refleksi bagi umat Hindu dan alam semesta. Foto: Alex P/ Pexels.

BALI berubah total saat Nyepi. Jalanan kosong, bandara tutup, lampu-lampu redup, dan hanya suara alam yang terdengar. Keheningan ini bukan sekadar tradisi, tapi juga bentuk penghormatan kepada alam yang telah memberi kehidupan.

Selama 24 jam, umat Hindu berdiam diri, merenung, dan berdoa. Keheningan ini menjadi momentum bagi banyak orang untuk benar-benar terhubung dengan diri sendiri dan alam sekitar. Di balik ketenangan ini, ada manfaat besar bagi lingkungan.

Suasana kawasan wisata Kuta terlihat lengang saat Hari Raya Nyepi tahun Saka di Badung, Bali. Foto: Dok 25-3-2020/ Fikri Yusuf/ Antara.
Harmoni dengan Alam

Studi menunjukkan bahwa saat Nyepi, polusi udara di Bali turun drastis, bahkan emisi karbon berkurang hingga 33%. Selain itu, konsumsi listrik pun menurun, serta satwa liar yang biasanya terganggu oleh aktivitas manusia dapat menikmati ketenangan. Langit menjadi lebih cerah, udara lebih bersih, dan ekosistem lebih seimbang.

Sehari Tanpa Aktivitas

Menariknya, konsep “Sehari Tanpa Aktivitas” mulai menginspirasi banyak negara. Ada wacana menjadikan Nyepi sebagai Hari Keheningan Dunia, sebuah gerakan global yang mengajak masyarakat untuk mengambil waktu jeda dari hiruk-pikuk kehidupan modern.

Tradisi lokal ini membuktikan bahwa kearifan budaya bisa menjadi solusi global untuk keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan mental manusia. ***

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *