Sektor Pertanian, 25 Tahun Terjebak dalam Stagnasi Pertumbuhan

Hasil riset BRIN menunjukkan stagnasi pertumbuhan output di sektor pertanian, dengan rata-rata pertumbuhan di bawah 3 persen dalam 25 tahun terakhir, mulai dari 1996 hingga 2020. Foto: Ilustrasi/ Tom Fisk/ Pexels.

JAKARTA, Mulamula.id – Selama 25 tahun terakhir, sektor pertanian Indonesia mengalami stagnasi dengan pertumbuhan rata-rata di bawah 3 persen. Temuan mengejutkan ini berasal dari riset mendalam mengenai Total Factor Productivity (TFP) oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Studi yang  dilakukan dalam rentang waktu 1996 hingga 2020 ini mengungkapkan bahwa meskipun berbagai upaya telah dilakukan, sektor pertanian tetap terjebak dalam pola pertumbuhan yang stagnan. Menandakan perlunya perubahan mendasar untuk mengatasi tantangan yang ada dan mendorong kemajuan yang signifikan.

Kolaborasi Penelitian dan Temuan Kunci

Penelitian oleh Pusat Riset Koperasi, Korporasi, dan Ekonomi Kerakyatan BRIN ini menggunakan pendekatan Fuglie ini. Penelitian bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB), Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), dan Institut Penelitian Kebijakan Pangan Internasional (IFPRI).

Hasil studi menunjukkan bahwa kontribusi tenaga kerja di sektor pertanian menurun konsisten sebesar 0,62 persen per tahun. Sementara pertumbuhan output tetap stagnan di bawah 3 persen.

Tantangan Utama dalam Sektor Pertanian

Erizal Jamal, peneliti utama dari BRIN, menjelaskan bahwa penggunaan bahan kimia yang berlebihan dan fenomena “kelelahan tanah” telah mengakibatkan penurunan kapasitas produksi padi.

“Intervensi pemerintah melalui program swasembada, seperti subsidi benih dan pupuk, serta program pemberdayaan petani, telah berkontribusi pada pengembangan SDM,” tambahnya sebagaimana dilansir laman resmi BRIN.

Namun, masalah lainnya adalah penguasaan lahan yang terbatas bagi petani skala kecil, yang hanya memiliki di bawah 0,5 hektar. Hal ini menyebabkan mereka hanya bekerja paruh waktu dan berdampak kecil pada kesejahteraan mereka.

Sementara itu, pertumbuhan output untuk kelapa sawit terdorong oleh perluasan lahan yang meningkat sebesar 11,05 persen per tahun. Produktivitas petani yang bekerja sama dengan sektor swasta lebih tinggi dibandingkan dengan petani mandiri.

Kemajuan di Sektor Produksi Daging dan Telur

Untuk produksi daging ayam dan telur, pertumbuhan output menunjukkan progresif yang signifikan, terdorong oleh program terintegrasi antara sektor swasta dan petani skala kecil. Dari 2016 hingga 2020, pertumbuhan stok ternak meningkat sebesar 15,1 persen, berkat penerapan teknologi yang efisien.

Baca juga: Agroindustri, Penggerak Ekonomi Indonesia

Rekomendasi Kebijakan untuk Meningkatkan Produktivitas

Erizal menyarankan tiga rekomendasi kebijakan jangka pendek untuk pemerintah:

  1. Identifikasi Program Pemberdayaan: Mengidentifikasi dan menyusun hubungan yang jelas antara program pemberdayaan, pendidikan, dan pelatihan gagasan pemerintah, sektor swasta, dan LSM dengan tugas dan target yang spesifik.
  2. Rumusan Target Utama: Merumuskan target utama dalam kaitannya dengan pembangunan pertanian nasional untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani.
  3. Kurikulum Pengembangan Pengetahuan: Merumuskan kurikulum untuk akumulasi pengetahuan dan keterampilan bagi petani.

Dengan implementasi kebijakan yang tepat dan dukungan berkelanjutan, harapannya sektor pertanian Indonesia dapat mencapai pertumbuhan yang lebih signifikan dan berkelanjutan, sesuai dengan visi Indonesia Emas 2045.***

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *