
SUSTAINABILITY kini menjadi kata kunci yang semakin seksi di tengah masyarakat yang sadar akan pentingnya lingkungan. Mendorong kehidupan berkelanjutan dalam berbagai aspek, termasuk industri fashion yang seringkali jadi kritik sebagai penyumbang besar limbah, menjadi tantangan tersendiri.
Dalam upaya membawa perubahan, Indonesian Fashion Designer Council (IFDC) mengusung tema “Sustainability” untuk acara kedua dari Gaya Fashion Installation, yang kini hadir dengan nama “Gaya (Lagi)”.
Acara ini sebagai bagian dari perayaan ulang tahun ke-18 Senayan City. Dan berlangsung di Ground Floor Senayan City mulai 20 hingga 29 September 2024.
Pada hari pembukaan, instalasi seni mode ini langsung jadi serbuan para pelaku industri fashion. Termasuk para desainer ternama yang tergabung dalam IFDC. Mereka mempersembahkan karya-karya unik yang sarat dengan pesan keberlanjutan.
Instalasi Fashion Jembatan Seni, Fashion, dan Kesadaran Lingkungan
Dalam press conference, Didi Budiardjo, salah satu desainer terkemuka, menyampaikan bahwa instalasi sebelumnya mendapatkan respons positif dari pengunjung.
Kali ini, Gaya hadir dengan konsep baru yang tidak hanya menampilkan estetika fashion. Tetapi, juga mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap isu lingkungan.
“Kami ingin melanjutkan instalasi ini sebagai ruang pertemuan bagi pecinta fashion, sekolah mode, dan masyarakat umum,” jelas Didi.
Ia menambahkan, tema keberlanjutan bukan sekadar untuk keindahan, tapi juga seruan untuk berubah.
Berbeda dari tahun sebelumnya, Gaya (Lagi) membawa instalasi busana ke dalam ruang pamer yang menyerupai museum gelap, memperlihatkan koleksi karya dari 24 desainer. Termasuk nama-nama besar seperti Stella Rissa, Hian Tjen, Ivan Gunawan, dan Ria Miranda.
Tahun ini, para desainer mendapat chalenge menciptakan busana dengan bahan dasar limbah. Terbagi menjadi tiga kategori besar: Air, Water, dan Earth. Setiap desainer memberikan interpretasi unik mereka terhadap isu keberlanjutan melalui penggunaan materialnya.

Seni dari Limbah, Fashion yang Bercerita
Misalnya, Stella Rissa bekerja sama dengan Bell Living Lab menciptakan dress A-line bertekstur dari limbah kopi daur ulang. Melambangkan potensi sumber daya alam yang sering terbuang percuma.
Rama Dauhan, dengan gaun ruffles putih dari organza, mengekspresikan rindunya akan udara bersih di Jakarta.
Sementara itu, Hian Tjen menciptakan hooded dress hitam yang tampak glamor. Dan memiliki detail fringe manik-manik yang memanfaatkan pod kopi bekas. Memberikan makna baru pada material sisa yang biasanya tidak berguna.

Selain itu, masih banyak karya menakjubkan lainnya yang menggunakan limbah daur ulang. Semuanya memperlihatkan bagaimana fashion dapat menjadi medium seni yang berbicara tentang pentingnya menjaga bumi.
Instalasi ini bukan sekadar pameran busana, melainkan sebuah gerakan kolektif untuk mengubah cara pandang masyarakat terhadap fashion dan keberlanjutan.
Gaya (Lagi): Mengubah Mode, Mengubah Dunia
Gaya (Lagi) menjadi bukti nyata bahwa fashion tidak hanya tentang mengikuti tren, tetapi juga bisa menjadi sarana edukasi dan kampanye untuk menjaga lingkungan.
Melalui karya-karya inovatif yang dipamerkan, para desainer IFDC menunjukkan bahwa limbah bisa diolah menjadi sesuatu yang indah dan penuh makna.
Jadi, bagi kamu yang ingin menyaksikan perpaduan antara seni, fashion, dan kesadaran lingkungan, jangan lewatkan kesempatan untuk mengunjungi pameran ini di Senayan City.
Fashion memang selalu bertransformasi, tetapi kali ini, ia berubah untuk menjadi lebih baik dan lebih peduli.
Gaya (Lagi) bukan sekadar instalasi fashion—ini adalah gerakan menuju masa depan yang lebih hijau. ***
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.