Stephen Ma, Otak di Balik Google Maps yang Jarang Tersorot

Google Maps: Dari inovasi kecil menjadi peta dunia yang tak tergantikan. Foto: Brett Jordan/ Pexels.

GOOGLE Maps telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern. Dari sekadar mencari alamat hingga merencanakan perjalanan lintas negara, teknologi ini mengubah cara manusia berinteraksi dengan dunia. Namun, di balik kesuksesannya, ada sosok yang memilih tetap berada di balik layar: Stephen Ma.

Sebagai salah satu dari empat pencipta Google Maps, Ma telah berkontribusi besar dalam mengembangkan platform pemetaan paling populer di dunia. Meski begitu, selama dua dekade terakhir, ia lebih memilih untuk menjauh dari sorotan. “Saya orangnya tertutup. Tidak nyaman jadi pusat perhatian,” ujarnya mengutip The Guardian.

Namun, kisah perjalanannya dari seorang anak pemilik restoran kecil hingga menjadi inovator teknologi global layak untuk diceritakan.

Dari Restoran China ke Silicon Valley

Ma tumbuh di Cooma, New South Wales, Australia, di tengah keluarga yang mengelola restoran khas Kanton, Dragon’s Gate. Di sanalah ia belajar arti kerja keras, membantu di kasir dan melayani pelanggan sejak kecil.

Baca juga: Jangan Bingung Lagi! Lacak Posisi Bus TransJakarta dengan Google Maps

Setelah menyelesaikan kuliah pada 1998, ia bekerja di Sydney sebelum akhirnya mendapatkan kesempatan emas untuk pindah ke Silicon Valley, pusat inovasi teknologi dunia. Di sanalah kisah Google Maps bermula.

Lahirnya Where 2 Technologies

Pada awal 2000-an, peta digital masih bersifat statis dan tidak interaktif. MapQuest adalah layanan pemetaan terbesar saat itu. Tetapi, pengguna harus mencetak petunjuk arah dan tidak bisa menelusuri lokasi secara langsung.

Stephen Ma, sosok di balik kesuksesan Google Maps yang memilih tetap dalam bayangan. Foto: The Guardian.

Tertarik untuk mengubah pengalaman ini, Ma bersama tiga rekannya—Noel Gordon serta kakak-beradik Jens dan Lars Rasmussen—mendirikan Where 2 Technologies. Dari sebuah kamar kecil di pinggiran Sydney, mereka mengembangkan prototipe aplikasi pemetaan yang lebih intuitif.

Mereka menyebutnya Expedition, cikal bakal Google Maps yang kita kenal sekarang.

Dari Akuisisi Google hingga Era Baru Navigasi Digital

Pada 2004, Where 2 Technologies menarik perhatian Sequoia Capital, investor besar di Silicon Valley. Demo yang mereka buat akhirnya sampai ke tangan Larry Page, pendiri Google.

Meski awalnya skeptis terhadap aplikasi desktop, Page tertarik dengan potensi versi berbasis web yang dikembangkan tim Where 2. Dengan memanfaatkan teknologi Ajax—yang memungkinkan peta dimuat secara dinamis—Google akhirnya mengakuisisi Where 2 Technologies.

Baca juga: Panduan Praktis Menambahkan Alamat Anda di Google Maps

Pada 8 Februari 2005, Google Maps resmi diluncurkan. Dari sebuah eksperimen kecil, layanan ini berkembang pesat menjadi platform pemetaan raksasa dengan lebih dari 2 miliar pengguna aktif bulanan. Kini, Google Maps bukan hanya alat navigasi, tetapi juga menjadi fondasi bagi berbagai aplikasi lain seperti Uber, Airbnb, hingga layanan e-commerce.

Pelajaran dari Stephen Ma

Meski sukses besar, Ma tetap memilih kehidupan yang jauh dari sorotan. Kisahnya adalah inspirasi bagi banyak orang bahwa kesuksesan tidak harus selalu diiringi ketenaran. Dari restoran kecil hingga Silicon Valley, kerja keras dan inovasi tetap menjadi kunci utama.

Baca juga: Apa yang Paling Dicari Netizen Indonesia di Google 2024?

Google Maps telah mengubah dunia, dan di balik revolusi ini, ada tangan-tangan kreatif yang bekerja dalam diam. ***

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *