
DI DUNIA kriminal internasional, Februari 2003 tercatat sebagai bulan yang mengguncang industri berlian. Antwerp, Belgia, dikenal sebagai pusat perdagangan batu mulia dunia, menjadi lokasi perampokan spektakuler. Lebih dari 100 juta dolar AS dalam bentuk berlian, emas, dan perhiasan raib dari Antwerp Diamond Center.
Dua dekade kemudian, Netflix merilis dokumenter Stolen: Heist of the Century. Film ini membedah kembali aksi pencurian yang dijuluki terbesar sepanjang sejarah. Menariknya, sang otak di balik operasi ini, Leonardo Notarbartolo, muncul langsung memberikan kesaksian.
Perencanaan ala “School of Turin”
Kisah dimulai dari “School of Turin”, kelompok kriminal asal Italia dengan reputasi mumpuni dalam membobol sistem keamanan. Target mereka adalah ruang brankas di lantai bawah tanah pusat perdagangan berlian. Tempat ini diklaim memiliki pengamanan berlapis, mulai sensor gerak, kamera CCTV, kunci kombinasi, dan pintu baja tebal.
Baca juga: Netflix Bongkar Perampokan Rp7 Triliun yang Gagal di London
Dalam dokumenter, Notarbartolo menceritakan bagaimana mereka menonaktifkan sistem alarm, mengelabui kamera, hingga membuka kunci brankas tanpa memicu detektor. Namun, narasi ini tak sepenuhnya diterima bulat-bulat. Polisi dan penulis buku yang menjadi sumber film menilai ada detail yang sengaja dikaburkan.
Kesalahan yang Menggagalkan Misi Sempurna
Yang membuat kisah ini lebih dramatis adalah kesalahan kecil yang menjadi pintu masuk penyelidikan. Di sebuah hutan dekat Brussels, polisi menemukan kantong sampah berisi sarung tangan, kertas aluminium, dan sisa makanan. Barang-barang itu mengandung DNA yang mengarah langsung ke para pelaku.
Baca juga: Perampok Berkelit Jadi Pencuri: Pelajaran Hukum dari The Diamond Heist
Hasilnya, Notarbartolo dijatuhi hukuman 10 tahun penjara, sementara rekan-rekannya menerima vonis lima tahun. Namun, hingga kini, sebagian besar hasil rampokan belum pernah ditemukan. Misteri inilah yang menjadi daya tarik utama dokumenter ini.
Dilema Moral di Balik Kisah Pencurian
Stolen: Heist of the Century tidak hanya mengandalkan wawancara eksklusif. Film ini dibalut gaya visual stylish, iringan musik jazz yang tegang, dan rekonstruksi dramatis ala Ocean’s 11. Penonton diajak masuk ke ruang-ruang rahasia operasi, merasakan ketegangan detik demi detik, dan melihat sisi manusiawi para pelaku.
Baca juga: ‘Air Cocaine’, Bagaimana Dua Pilot Prancis Lolos dari Jerat Hukum Internasional
Bagi industri film dokumenter, ini bukan sekadar kisah kriminal. Ini juga menyingkap dilema moral, apakah kita hanya terpukau oleh kepintaran pelaku, atau sadar bahwa di balik itu ada kerugian besar dan dampak psikologis bagi korban? Antwerp kehilangan rasa aman, dan industri berlian harus mengeluarkan biaya besar untuk memperketat keamanan.

Di Indonesia, dokumenter seperti ini bisa menjadi cermin. Bukan karena kita ingin meniru, tapi untuk memahami bagaimana teknologi, perencanaan, dan kelemahan manusia bisa menentukan hasil sebuah peristiwa besar.
Netflix berhasil mengemas sejarah kriminal menjadi tontonan yang memikat dan memancing diskusi. Setelah menontonnya, satu pertanyaan mungkin akan tersisa di benak banyak orang, di mana sebenarnya berlian-berlian itu sekarang? ***
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.
Dukung Jurnalisme Kami: https://saweria.co/PTMULAMULAMEDIA