Zagy Berian, Anak Muda RI yang Suaranya Didengar PBB Soal Iklim

Zagy Berian menyampaikan pandangan tentang aksi iklim di forum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), New York, Amerika Serikat. Foto: Instagram/ @zagyberian.

SIAPA sangka, dari desa di Jawa Tengah, seorang anak muda bisa duduk di lingkaran penasihat Sekretaris Jenderal PBB?
Namanya Zagy Berian, dan ia baru saja dipercaya menjadi satu dari 14 anggota Youth Advisory Group on Climate, penasihat muda PBB untuk isu perubahan iklim. Yang bikin bangga, Zagy adalah satu-satunya perwakilan Asia Tenggara di forum strategis ini.

Penunjukan itu diumumkan tepat di Hari Internasional Pemuda, 12 Agustus 2025. Misinya jelas. Menyuarakan ide, memberi masukan, dan mengirimkan pesan kuat bahwa generasi muda tak sekadar penonton dalam aksi iklim.

Dari Sawah Pati ke Meja Diplomasi

Perjalanan Zagy dimulai dari Pati, Jawa Tengah. Di sana, ia menggandeng petani untuk mengenal energi terbarukan. Panel surya dipasang, sistem pompa hemat energi diterapkan. Hasilnya? Pertanian jadi lebih efisien dan ramah lingkungan.
Proyek ini bukan cuma soal teknologi, tapi soal keberanian memulai perubahan dari level desa.

Baca juga: Krisis Iklim, Bagaimana Dunia Berubah dalam 2 Derajat?

Tak heran, kiprahnya mendapat sorotan internasional. Asia Tenggara memang salah satu kawasan paling rentan terhadap krisis iklim. Mulai dari banjir pesisir, cuaca ekstrem, hingga ancaman terhadap ketahanan pangan.

Jejak Internasional yang Padat

Zagy adalah pendiri Society of Renewable Energy (SRE) dan Regional Facilitator Youth Climate Justice Fund untuk Asia Selatan. Ia juga berkontribusi di G20 Energy Transition Working Group bersama Kementerian ESDM, aktif di B20 Task Force on Energy, Sustainability, and Climate, dan memimpin Southeast Asia Youth Forum on Energy di bawah ASEAN.

Gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan deretan bendera negara anggota di Jenewa, Swiss. Foto: Hugo Magalhaes/ Pexels.

Sekjen PBB Antonio Guterres menyebut bahwa advokasi tanpa kenal takut dari anak muda adalah motor penggerak aksi iklim. Ia menegaskan, “Ini berarti lebih banyak ruang bagi suara muda di meja perundingan, dan lebih banyak ruang untuk membentuk aksi iklim.”

Baca juga: Dana Karbon dan Jalan Terjal Kaltim Membangun Model Hijau Nasional

Makna untuk Indonesia

Bagi Indonesia, posisi Zagy di PBB adalah peluang emas. Suara anak muda yang berangkat dari pengalaman lapangan bisa memengaruhi kebijakan global. Itu berarti, isu transisi energi, keadilan iklim, dan kolaborasi lintas negara bisa diperjuangkan dari sudut pandang yang membumi.

“Bagi saya, ini soal mendorong aksi iklim luar biasa melalui kolaborasi, sambil memastikan setiap suara didengar,” ujar Zagy.

Baca juga: COP30, Perjuangan Negara Berkembang untuk Keadilan Iklim

Perjalanan Zagy membuktikan, perubahan iklim bukan topik eksklusif untuk ilmuwan atau politisi. Anak muda pun bisa bicara, memimpin, dan didengar di panggung dunia. Dari sawah Pati hingga markas PBB di New York, ia menegaskan satu hal, yakni masa depan yang lebih hijau ada di tangan kita, kalau kita mau bergerak sekarang. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *