
BAYANGKAN, ada pengusaha yang memilih mengeluarkan uang pribadi untuk membeli 400 ribu hektar hutan hujan Amazon. Bukan untuk dijual kembali, tapi justru supaya hutan itu tetap utuh. Itulah langkah unik Johan Eliasch, pengusaha asal Swedia yang sudah beraksi sejak 2006.
Luas hutan yang ia lindungi setara dengan Kota London. Tidak ada penebangan, tidak ada perkebunan, apalagi pembangunan yang merusak. Eliasch hanya ingin satu hal, menjaga paru-paru dunia agar tetap berfungsi dan keanekaragaman hayatinya tetap terjaga.
Kecintaannya pada alam berawal sejak masa kecilnya di Stockholm, sebuah kota yang dulu selalu diselimuti salju saat musim dingin. Kini, salju itu mulai menghilang. “Sekarang, Anda sama sekali tidak bisa bermain ski di Stockholm,” ujarnya.
Perubahan iklim bukanlah cerita jauh. Bagi Eliasch, ini nyata dan mendesak.
Dilema Antara Lingkungan dan Lapangan Kerja
Namun, keputusan membeli dan melindungi hutan ini tidak tanpa konsekuensi. Eliasch harus menutup operasi perusahaan penebangan yang sebelumnya mengelola hutan tersebut, dan mem-PHK sekitar seribu pekerja. Pilihan ini memunculkan dilema: menjaga lingkungan atau menjaga lapangan kerja.
Baca juga: Bos Patagonia Donasikan Rp48,7 Triliun untuk Selamatkan Bumi
“Lapangan kerja bisa diciptakan kembali, tapi hutan yang hilang tidak akan pernah kembali,” tegas Eliasch sebagaimana dilansir The Guardian.

Langkah ini memicu pro dan kontra. Ada yang mengaguminya sebagai pelindung lingkungan, namun tak sedikit pula yang khawatir soal kedaulatan dan akses masyarakat lokal. Untuk mengatasi kekhawatiran itu, Eliasch membentuk tim pengawas hutan yang melibatkan warga setempat, sekaligus mendorong ekowisata berbasis komunitas.
Pelajaran Penting untuk Indonesia
Pelajaran penting dari kisah ini sangat relevan bagi Indonesia, negara dengan hutan tropis terbesar ketiga di dunia yang masih menghadapi tantangan deforestasi akibat ekspansi perkebunan dan infrastruktur. Model “kepemilikan untuk konservasi” seperti yang dilakukan Eliasch bisa menjadi alternatif, asal disertai regulasi ketat dan keterlibatan masyarakat lokal.
Baca juga: Kalau Hutan Habis, Bumi Panas Selamanya
Lebih dari itu, pendekatan ini membuka peluang pembiayaan inovatif. Pemerintah dapat mendorong investasi swasta untuk perlindungan hutan yang berkelanjutan, sekaligus mengintegrasikannya dengan target iklim nasional dan perdagangan karbon.
Johan Eliasch membuktikan bahwa menjaga hutan bukan berarti mengorbankan ekonomi. Justru, ini bisa menciptakan nilai baru dan peluang bisnis yang ramah lingkungan. Pertanyaannya kini, apakah Indonesia siap mengikuti jejak tersebut dengan aturan yang adil bagi semua pihak?
Fakta Penting Johan Eliasch dan Hutan Amazon
- Luas hutan yang dibeli: 400 ribu hektar (setara luas Kota London)
- Lokasi: Hutan hujan Amazon, Brasil
- Tahun pembelian: 2006
- Tujuan: Menjaga hutan tetap utuh tanpa penebangan atau eksploitasi
- Dampak sosial: PHK sekitar 1.000 pekerja dari perusahaan penebangan sebelumnya
- Langkah tambahan: Melibatkan masyarakat lokal dalam pengawasan dan ekowisata
- Relevansi untuk Indonesia: Model konservasi berbasis kepemilikan dengan regulasi dan keterlibatan komunitas lokal
- Potensi ekonomi: Pembiayaan konservasi sebagai alternatif investasi berkelanjutan. ***
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.