Listrik Hampir Merata, Masak Masih Asap

Kota-kota Asia-Pasifik makin terang dengan elektrifikasi hampir penuh, tapi transisi menuju energi bersih masih tertinggal. Foto: Ilustrasi/ Jeffry SS/ Pexels.

ASIA-Pasifik sedang berlari mengejar target energi. Akses listrik di kawasan ini sudah mencapai 98,6 persen pada 2023. Kota-kota terang benderang, desa pun kian teraliri. Tapi, jangan buru-buru senang. Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia dan Pasifik (ESCAP) menegaskan, akses tidak sama dengan kualitas.

Jutaan rumah tangga masih hidup dengan listrik yang sering padam, pasokan tak menentu, dan biaya yang bikin kantong bolong. Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 7 memang hanya menghitung sambungan, bukan keandalan.

Energi Terbarukan Ngegas tapi Masih Kalah

Menurut laporan Regional Energy Trends for Sustainable Development yang dikutip Down to Earth, kapasitas energi terbarukan di Asia-Pasifik memang naik pesat. Dari 568 GW pada 2013 menjadi 1.785 GW pada 2023. Panel surya dan turbin angin jadi primadona berkat harga yang makin murah.

Baca juga: Spanyol Mati Listrik, Pelajaran Penting untuk Ketahanan Energi Indonesia

Energi terbarukan di Asia-Pasifik tumbuh pesat dalam satu dekade terakhir, tetapi kontribusinya dalam bauran energi masih tergolong kecil. Foto: Pixabay/ Pexels.

Namun, kontribusinya dalam bauran energi masih tipis. Tahun 2022, porsi energi terbarukan di total pasokan energi baru 16,3 persen. Untuk konsumsi akhir, energi bersih modern hanya 11,2 persen. Transisi energi jalan, tapi jelas belum ngebut.

Baca juga: PLTS Sasar 80 Ribu Desa, Saatnya Bilang Bye ke Batu Bara?

Masak Bersih, PR yang Belum Selesai

Ada masalah lain yang lebih dekat ke dapur, akses memasak bersih. Hingga 2023, cakupannya sudah 78,9 persen. Tapi hampir satu miliar orang di kawasan ini masih pakai kayu, arang, atau minyak tanah.

Baca juga: Tahu Murah, Polusi Mahal: Krisis Lingkungan di Tropodo

Dampaknya nyata. Asap dalam ruangan memicu penyakit dan kematian dini. Perempuan dan anak-anak jadi kelompok paling rentan. Selain kesehatan, waktu mereka habis untuk mengumpulkan kayu bakar dan memasak dengan alat tak efisien. Peluang pendidikan dan ekonomi pun terhambat.

Hampir satu miliar orang di Asia-Pasifik masih bergantung pada bahan bakar padat seperti kayu dan arang, memicu polusi udara dalam ruangan dan risiko kesehatan. Foto: Betül Üstün/ Pexels.
Butuh Energi yang Adil dan Inklusif

ESCAP mendorong negara-negara Asia-Pasifik untuk lebih berani. Caranya dengan kebijakan jelas, insentif finansial, dan dukungan pendanaan iklim. Investasi tak cukup hanya di jaringan listrik, tapi juga di energi terbarukan, solusi off-grid, dan teknologi memasak bersih.

Transisi energi juga harus adil. Perempuan, pemuda, dan kelompok marginal perlu diberi ruang untuk ikut serta. Tanpa itu, target energi bersih hanya jadi angka di atas kertas. ***

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *