Aksara: Generasi Delapan Detik

Di tengah dunia yang bergerak terlalu cepat, membaca adalah satu-satunya cara untuk tetap waras. Foto: Ilustrasi/ Ist.

KITA hidup di zaman yang serba cepat. Berita datang sebelum sempat diverifikasi, opini berubah sebelum dipahami.
Kita bangun pagi dengan notifikasi, tidur ditemani algoritma.
Semuanya berjalan cepat, terlalu cepat.

Penelitian Microsoft (2024) menyebut, rata-rata rentang perhatian manusia modern kini hanya delapan detik.
Lebih pendek dari ikan mas, yang konon masih bisa fokus sembilan detik.

Barangkali inilah paradoks abad ini. Semakin banyak informasi yang kita punya, semakin sedikit yang kita pahami.

Tahu Banyak, Paham Sedikit

Kita membaca berita hanya sampai paragraf ketiga.
Kita menonton sejarah satu menit dan merasa tahu segalanya.
Kita menilai isi kepala seseorang hanya dari satu cuitan.

Baca juga: Aksara: Kalau Mau Pintar, Tutup TikTok-mu dan Buka Buku!

Semuanya serba instan, bahkan kesimpulan.
Reuters Institute (2024) mencatat, 67% generasi muda kini lebih memilih video pendek daripada teks panjang.
Sementara UNESCO (2023) mengingatkan, kemampuan literasi kritis menurun tajam di kalangan remaja digital.

Kita tahu banyak, tapi paham sedikit.
Kita sibuk melihat, tapi jarang sungguh-sungguh memperhatikan.

Pikiran yang Jadi Timeline

Dulu, membaca buku berarti tenggelam dalam dunia lain.
Kini, membaca dua paragraf saja terasa seperti maraton.
Pikiran kita berubah menjadi timeline. Terus bergeser, terus diperbarui, tapi tak pernah mendalam.

Baca juga: Aksara: Bacalah, Sebelum Otakmu Dicetak Algoritma

Kita menginginkan pengetahuan cepat, hasil instan, dan kebijaksanaan yang bisa dipelajari lewat reel berdurasi 30 detik.
Padahal, kebijaksanaan butuh waktu.
Kebijaksanaan lahir dari kesabaran, bukan kecepatan.

Kembali ke Keheningan

Mungkin inilah saatnya belajar dari ikan mas.
Ia tenang, berenang pelan, menikmati delapan detiknya dengan penuh perhatian.
Sementara kita, manusia modern, selalu berlari, tapi tidak tahu ke mana.

Baca juga: Aksara: Pahlawan yang Membaca, Bukan Sekadar Berperang

Cobalah berhenti sejenak.
Tatap satu halaman penuh buku.
Baca perlahan, resapi, tanpa tergesa.
Karena di dunia yang terus berisik, kemampuan untuk diam dan fokus mungkin akan jadi bentuk kecerdasan paling langka. ***

Desain Grafis: Daffa Attarikh/ MulaMula.
Catatan Redaksi
  • Aksara adalah rubrik khusus mulamula.id yang hadir setiap akhir pekan untuk menggugah publik agar kembali ke khitah ilmu. Memahami, membaca, dan berpikir dengan tenang. Lewat tulisan reflektif, satir, hingga inspiratif, Aksara mengingatkan bahwa kedalaman pikiran tidak pernah lahir dari kecepatan scroll.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *