
DI SAAT banyak mahasiswa sibuk mengejar IPK dan skripsi, Brendan Foody justru mengambil belokan tajam, keluar dari kampus sebelum ujian akhir. Keputusan ekstrem itu kini berubah menjadi cerita ikonik. Foody resmi masuk jajaran miliarder termuda dunia lewat startup AI bernama Mercor, yang kini bernilai USD 10 miliar.
Langkah itu bermula dari sebuah hackathon di Sao Paulo. Foody dan dua sahabatnya, Adarsh Hiremath dan Surya Midha, menemukan celah bisnis sederhana, menghubungkan perusahaan Amerika dengan insinyur luar negeri, mengatur prosesnya, lalu mengambil potongan komisi. Dalam sembilan bulan, model awal itu menghasilkan USD 1 juta.
Dari “Jembatan Talenta” Jadi Mesin Pelatih AI
Mercor kemudian berubah haluan. Mereka bukan lagi sekadar matching platform. Mereka membangun pasar baru, tenaga kerja manusia yang melatih dan menguji AI.
Baca juga: Alexandr Wang dan “Vibe Coding”, Jalan Baru Gen Z Menuju Dunia AI
Profesional dari berbagai bidang, konsultan, dokter, pengacara, bankir, direkrut untuk membuat evals, rubrik penilaian, dan tugas yang merepresentasikan penalaran manusia.
“Semua orang fokus pada apa yang bisa dilakukan model AI,” kata Foody dalam wawancaranya dengan Fortune. “Tapi peluang terbesar adalah mengajari mereka apa yang hanya diketahui manusia. Penilaian, nuansa, dan selera.”
Baca juga: YouTube Pakai AI, Video Buram Jadi Tajam Seketika
Hasilnya? Mercor melejit menjadi salah satu startup AI dengan pertumbuhan tercepat dalam dua tahun terakhir. Tiga sahabat SMA ini pun melompat ke daftar miliarder muda global.
APEX, Ujian Dunia Kerja Digital
Produk unggulan Mercor adalah AI Productivity Index (APEX), benchmark yang menguji kemampuan AI dalam tugas-tugas bernilai ekonomi. Bukan hanya hitungan matematis, APEX menguji AI lewat 200 jenis tugas profesional:
- Menulis memo keuangan
- Menyusun draf legal
- Menganalisis data medis
- Mengambil keputusan berbasis konteks
Untuk membuatnya kredibel, Mercor menggandeng nama besar seperti Larry Summers, Dominic Barton, Cass Sunstein, dan Eric Topol dalam penyusunan rubrik.
Baca juga: Tilly Norwood, Aktris AI yang Mengguncang Hollywood
Mercor bahkan menulis dalam salah satu materinya:
“Punya 10.000 PhD di kantong Anda itu hebat. Tapi lebih baik lagi kalau model AI bisa mengerjakan pajak Anda.”
Mengapa Investor Berebut Masuk?
Mercor duduk di titik manis dua tren besar:
- Ledakan AI generatif, dan
- Pekerjaan fleksibel berbasis proyek.
Setiap klien baru, menambah evaluator baru, membuat model lebih pintar, kemudian menarik lebih banyak klien.
Siklus ini menciptakan flywheel pertumbuhan yang sulit dihentikan.
“Kami punya salah satu ramp pendapatan tercepat dalam sejarah,” ujar Foody.

Ia bahkan mengaku belum pernah mengambil cuti tiga tahun terakhir. Mercor adalah obsesi yang “selalu membalas”.
AI & Masa Depan Kerja: Bukan Soal Hilang, tapi Berubah
Foody tahu banyak yang takut AI akan memakan pekerjaan. Tapi ia menilai ketakutan itu mirip dengan panik massal saat Revolusi Industri.
“Kita mungkin mengotomatisasi dua pertiga pekerjaan pengetahuan,” katanya. “Dan itu bagus, karena itu membuka ruang untuk menyembuhkan kanker atau pergi ke Mars.”
Baca juga: Phoebe Gates Luncurkan Phia, “Google Flight” untuk Fashion Online
Baginya, AI bukan menggantikan manusia, Melainkan mengalihkan manusia ke peran yang lebih tinggi. Mengajari mesin berpikir, membuat standar penilaian, dan memberikan intuisi yang belum bisa diprogram.
“Pertanyaannya adalah: pekerjaan apa yang akan lahir—dan seberapa cepat kita bisa mencapainya?”
Akhirnya…
Dari mahasiswa drop out menjadi miliarder muda, kisah Brendan Foody mengingatkan bahwa jalur tak biasa sering menjadi jalan tercepat menuju masa depan teknologi, asal berani mengambil risiko dan melihat peluang lebih cepat dari orang lain. ***
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.