Drama Besar di COP30, Dunia Berebut Masa Depan Energi dan Uang Iklim

Delegasi negara dan perwakilan masyarakat sipil berfoto bersama dalam sesi penutupan COP30 di Belém, Brasil, menandai komitmen baru untuk memperkuat aksi iklim global. Foto: COP30 Brasil Amazonia.

DUA minggu terakhir, Belém di tepi Amazon berubah jadi panggung drama politik iklim terbesar tahun ini. Para pemimpin dunia, perusahaan energi, aktivis, dan ilmuwan bertemu dalam COP30 untuk membahas satu hal, masa depan bumi kita.

Tapi jangan bayangkan semuanya adem ayem. Perdebatan berjalan panas, negosiasi berjalan marathon sampai dini hari, dan tekanan publik makin keras.

Dan akhirnya, COP30 ditutup dengan satu keputusan besar, dunia harus menggelontorkan US$ 1,3 triliun per tahun mulai 2035 untuk menyelamatkan planet ini dari krisis iklim.
Yes, triliunan dolar. dan itu baru permulaan.

Kesepakatan itu juga memasukkan dua komitmen besar lainnya:

  • Pendanaan adaptasi dilipatgandakan pada 2025 dan tiga kali lipat pada 2035.
  • Dana Loss & Damage untuk negara yang sudah terkena dampak bencana iklim mulai beroperasi pada 2025.

Baca juga: Kota Jadi Garda Depan Perang Iklim Dunia

Artinya, negara yang paling menderita akhirnya punya alat bantu yang nyata, bukan sekadar janji.

Tarung Panas soal Fosil

Kalau uang sudah jelas, isu paling panas berikutnya adalah bahan bakar fosil.
Lebih dari 80 negara mendesak COP30 untuk memasukkan keputusan tegas mengakhiri era energi fosil.

Baca juga: COP30 Panas di Ujung, Blok Arab dan Eropa Bertarung Soal Fosil

Tapi hasil akhirnya?
Hanya frasa “transisi dari bahan bakar fosil”. Tanpa tenggat waktu, tanpa detail.
Buat para aktivis dan ilmuwan, keputusan ini rasanya seperti skor imbang 0–0 di final.

Ilmuwan senior Brasil Carlos Nobre bahkan memperingatkan.

“Kalau penggunaan fosil tidak turun ke nol pada 2040–2045, suhu bumi bisa loncat ke 2,5°C. Amazon bisa runtuh, terumbu karang habis.”

So, pertanyaannya:
siapa yang berani memutuskan akhir era fosil?

Momentum Baru, tapi Kerja Masih Berat

Presiden COP30, Andre Correa do Lago, mengakui banyak yang belum selesai.
Ia janji meluncurkan dua peta jalan baru:

  • Stop deforestasi dan mulai pulihkan hutan
  • Transisi energi adil & terencana keluar dari fosil

Sekjen PBB António Guterres juga menegaskan:

“COP30 bukan kemenangan total. Tapi bukti dunia masih bisa bersatu. Pekerjaan baru dimulai sekarang.”

Dan di tengah semua itu, satu sinyal besar muncul. Investasi energi terbarukan sekarang sudah melampaui bahan bakar fosil dengan rasio 2:1. Pasar mulai bicara.

Baca juga: Metana Jadi Musuh Baru Bumi, Indonesia Ambil Peran di Garis Depan

Desain Grafis: Daffa Attarikh/ MulaMula.
Kenapa Ini Penting Buat Anak Muda Indonesia?

Karena kitalah generasi yang paling lama hidup di planet ini.
Karena masa depan energi berarti masa depan pekerjaan & ekonomi.
Karena para pemimpin hari ini bisa gagal dan kita yang akan membayar harganya.

COP30 sudah berakhir.
Tapi dramanya baru mulai. ***

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *