
INDUSTRI kendaraan listrik (EV) di Indonesia terus berkembang pesat. Pemerintah menargetkan 15 juta unit kendaraan listrik beroperasi pada 2030. Namun, di balik optimisme ini, muncul tantangan besar: pengelolaan limbah baterai. Jika tidak ditangani dengan baik, limbah ini bisa menjadi ancaman lingkungan yang serius.
Ancaman Limbah Baterai dalam Transisi Energi
Deputi Bidang Pengendalian Perubahan Iklim dan Tata Kelola Nilai Ekonomi Karbon Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), Ary Sudjianto, menegaskan bahwa limbah baterai akan menjadi isu besar dalam tiga hingga empat tahun ke depan.
“Cara kita mengolah limbah baterai adalah hal yang perlu diperhatikan apabila pengguna kendaraan listrik terus meningkat,” ujarnya dalam acara JAMA Lube Oil Seminar 2025 di Jakarta.
Indonesia masih belum memiliki infrastruktur yang memadai untuk mendaur ulang baterai kendaraan listrik. Padahal, menurut Ary, ekosistem kendaraan listrik yang sehat harus didukung dengan tata kelola limbah yang baik.
Baca juga: Jakarta Tambah 200 Bus Listrik untuk Udara Lebih Bersih
Saat ini, meskipun ada industri daur ulang untuk baterai konvensional, fasilitas khusus untuk baterai kendaraan listrik masih terbatas.
Belajar dari Industri Baterai Konvensional
Pengolahan baterai konvensional di Indonesia telah memiliki infrastruktur yang cukup baik. Banyak perusahaan sudah mengelola limbah ini dengan proses daur ulang yang terintegrasi. Namun, teknologi baterai kendaraan listrik berbeda dan membutuhkan pendekatan baru.
“Limbah baterai EV akan jauh lebih besar dibanding baterai konvensional. Kita butuh kerja sama antara industri dan kebijakan yang mendukung agar ekosistem ini berkembang,” kata Ary.
Baca juga: Ini Syarat Daya Listrik Rumah untuk Mengisi Daya Mobil Listrik
Anggota Komisi XII DPR RI, Dewi Yustisiana, juga menyoroti pentingnya industri baterai kendaraan listrik sebagai bagian dari strategi mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar minyak (BBM) dan menekan polusi udara. Tanpa pengelolaan limbah yang baik, transisi energi ini bisa menciptakan masalah baru bagi lingkungan.

Infrastruktur dan Kebijakan Daur Ulang yang Mendesak
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah dan sektor swasta semakin aktif membangun ekosistem kendaraan listrik. Jumlah stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) naik tiga kali lipat, dari sekitar 1.000 unit pada 2023 menjadi lebih dari 3.000 unit pada 2024. Fasilitas pengisian daya rumahan atau home charging services (HCS) juga meningkat drastis, dari 9.000 unit pada 2023 menjadi 28.000 unit pada 2024.
Namun, di sisi lain, investasi dalam industri daur ulang limbah baterai masih tertinggal. Tanpa fasilitas pengolahan yang memadai, limbah baterai bisa mencemari tanah dan air akibat kandungan logam berat seperti lithium, kobalt, dan nikel.
Baca juga: Trik Canggih Inggris Isi Daya Mobil Listrik: Inspirasi untuk Indonesia
Beberapa negara seperti Jepang dan Uni Eropa sudah lebih dulu mengembangkan teknologi daur ulang baterai EV. Teknologi ini memungkinkan pemulihan hingga 95 persen material dari baterai bekas, sehingga bisa digunakan kembali dalam produksi baterai baru. Indonesia perlu segera mengadopsi model serupa untuk mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku dan mempercepat transisi energi berkelanjutan.
Membangun Ekosistem Berkelanjutan
Untuk menjawab tantangan ini, memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan berbagai pihak: pemerintah, industri, dan masyarakat. Regulasi yang mendukung, insentif bagi industri daur ulang, serta edukasi kepada pengguna kendaraan listrik tentang pentingnya daur ulang menjadi langkah kunci.
Baca juga: Trump Hentikan Mandat Kendaraan Listrik, Apa Dampaknya?
Transisi ke kendaraan listrik adalah langkah besar menuju energi bersih, tetapi tanpa pengelolaan limbah yang bijak, manfaatnya bisa berkurang. Kini saatnya Indonesia bergerak cepat, membangun infrastruktur daur ulang yang kuat, dan memastikan bahwa revolusi kendaraan listrik benar-benar berkontribusi pada masa depan yang lebih hijau. ***
Artikel ini hasil kolaborasi antara Mulamula.id dan SustainReview.id, untuk menghadirkan wawasan mendalam seputar isu keberlanjutan dan transformasi hijau.