
MulaMula.id – Timnas Indonesia kembali harus menelan pil pahit di Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Bertanding di King Abdullah Sports City Stadium, Jeddah, Minggu (12/10) dini hari WIB, skuad Garuda kalah 0–1 dari Irak. Kekalahan ini memastikan langkah Indonesia terhenti di fase terakhir kualifikasi zona Asia, dengan dua kekalahan dan tanpa poin di Grup B.
Namun, skor akhir tidak mencerminkan perlawanan yang ditunjukkan. Sepanjang laga, anak asuh Patrick Kluivert sebenarnya tampil percaya diri dan mendominasi permainan. Statistik AFC mencatat, penguasaan bola Indonesia mencapai 58 persen, angka yang menunjukkan perubahan besar dari citra klasik tim bertahan.
Dominasi Tanpa Gol
Di babak pertama, trio lini tengah Thom Haye, Joey Pelupessy, dan Ricky Kambuaya sukses mengontrol tempo pertandingan. Serangan pun mengalir dari kedua sayap lewat kombinasi Kevin Diks dan Calvin Verdonk. Peluang emas datang di menit ke-14 saat Mauro Zijlstra hampir membuka keunggulan, namun tendangannya masih bisa ditepis kiper Irak, Jalal Hassan.
Baca juga: Garuda vs Irak, Antara Kutukan dan Kebangkitan di Jeddah
Kluivert mencoba mengubah skema dengan memasukkan Ragnar Oeratmangoen dan Ole Romeny di babak kedua. Serangan Indonesia menjadi lebih dinamis, bahkan sempat menekan Irak di area sendiri.
Namun di tengah dominasi itu, kesalahan kecil di lini tengah menjadi bumerang.

Zidane Iqbal, gelandang muda Irak yang bermain di Belanda, memanfaatkan ruang dan melepaskan sepakan keras dari luar kotak penalti pada menit ke-76. Satu momen, satu gol cukup untuk menghapus seluruh kerja keras Garuda.
Pelajaran dari Jeddah
Kekalahan ini menegaskan satu hal, Indonesia sudah berkembang, tapi belum cukup efisien. Penguasaan bola tanpa konversi menjadi gol tetap tak berarti di level Asia.
Kluivert dan tim kini menghadapi tugas berat, membangun kembali mental pemain muda yang telah memberi segalanya di lapangan, tapi pulang tanpa hasil.
Secara taktis, struktur tim menunjukkan arah baru sepak bola Indonesia. Lebih progresif, berani, dan terorganisir. Namun yang masih hilang adalah “insting mematikan” di depan gawang.
Jika momentum ini dijaga, kekalahan di Jeddah bukanlah akhir, melainkan awal babak baru menuju Timnas yang lebih matang dan berdaya saing di Asia.
Jejak Angka
- 58% penguasaan bola dicatat Indonesia atas Irak, tertinggi sepanjang pertemuan keduanya.
- 3 peluang emas tercipta dari permainan terbuka tanpa gol.
- 0 poin menjadi akhir perjalanan Indonesia di Ronde 4, tapi juga titik tolak untuk perbaikan taktik dan efektivitas.
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.