
BAYANGKAN bumi tanpa hutan.
Bukan hanya gersang atau kehilangan oksigen. Dunia bisa berubah menjadi tungku panas yang tak pernah padam. Itulah peringatan para ilmuwan dalam sebuah studi terbaru yang diterbitkan di Nature Communications.
Dengan menelusuri jejak bumi 252 juta tahun lalu, para peneliti menemukan kisah masa lalu yang tak kalah mengerikan. Kepunahan massal besar-besaran terjadi, bukan hanya karena letusan gunung berapi di Siberia, tetapi karena satu hal penting, runtuhnya hutan tropis.
Pelajaran dari Masa Lalu
Ketika vegetasi tropis musnah, kemampuan alam menyerap karbon dioksida ikut lenyap. Akibatnya, karbon menumpuk di atmosfer dan menciptakan efek rumah kaca ekstrem. Bahkan setelah letusan berhenti, suhu bumi tetap tinggi selama lima juta tahun.
Baca juga: Sepertiga Bumi Bisa Tak Layak Huni, Dunia di Ambang Krisis
Waktu lima juta tahun bukan salah ketik. Itulah durasi yang dibutuhkan bumi untuk kembali “menstabilkan” dirinya tanpa bantuan vegetasi.

Hutan, ternyata bukan sekadar ruang hijau, tetapi bagian dari sistem pendingin planet yang sangat kompleks. Ketika hutan kolaps, karbon tak lagi terperangkap, dan bumi kehilangan kendali atas suhu dirinya sendiri.
Sekarang, Kita Mengulang Kesalahan yang Sama
Hari ini, hutan tropis seperti Amazon dan kawasan Asia Tenggara berada di ujung tanduk. Deforestasi, kebakaran, ekspansi industri, semuanya menekan daya tahan ekosistem tropis. Indonesia, sebagai rumah dari salah satu cadangan karbon terbesar dunia, ada di pusat perhatian.
Baca juga: Krisis Iklim, Bagaimana Dunia Berubah dalam 2 Derajat?
Profesor Benjamin Mills dari University of Leeds menyampaikan peringatan keras. “Jika hutan tropis hilang, jangan berharap iklim akan kembali seperti sebelum era industri. Bahkan jika emisi manusia berhenti, bumi bisa tetap panas selamanya,” kata Mills dikutip dari ScienceTechDaily.
Ini bukan sekadar ancaman jangka pendek. Pemulihan hutan dan karbon secara alami memerlukan waktu geologis. Bukan lima atau sepuluh tahun, tapi jutaan.
Baca juga: Studi Prediksi Arktik Alami Musim Panas Tanpa Es Laut pada 2027
Masih Bisa Dicegah, Tapi Waktunya Hampir Habis
Poin penting dari studi ini jelas, mencegah keruntuhan hutan jauh lebih efektif daripada mencoba memulihkannya. Sekali runtuh, sistem karbon-iklim bisa masuk ke fase “tak bisa kembali”.

Bumi sudah pernah melewati titik kritis ini. Dan saat itu terjadi, tak ada teknologi, kebijakan, atau dana yang bisa memperbaikinya dalam satu generasi.
Baca juga: Gletser Dunia Meleleh, 2 Miliar Jiwa Terancam Krisis Air
Itulah sebabnya perlindungan hutan tropis harus menjadi prioritas, bukan hanya aksesori agenda lingkungan. Terutama bagi Indonesia, peran sebagai penjaga paru-paru bumi bukanlah pilihan, melainkan tanggung jawab.
Sebelum bumi menjadi terlalu panas untuk dipulihkan, kita masih punya waktu untuk bertindak. Tapi tidak banyak. ***
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.