Ketika Emas Menunda Akad, Cinta Tertahan Harga Mayam

Di balik kilau emas, ada cinta yang tertahan. Harga mayam yang melambung membuat banyak rencana pernikahan harus ditunda. Foto: Ilustrasi/ Pixabay/ Pexels.

Naiknya harga emas bukan cuma bikin investor deg-degan. Tapi juga bikin para lajang—khususnya di Aceh—pusing tujuh keliling. Bukan karena ingin cuan, tapi karena belum bisa melangkah ke pelaminan.

_____________________________

Laporan Tematik mulamula.id – Edisi Akhir Pekan

DI ACEH, cinta bisa diuji oleh satuan berat: mayam. Budaya setempat menetapkan emas sebagai mahar utama dalam pernikahan. Dan ketika harga emas melambung seperti sekarang, yang tertunda bukan hanya transaksi, tapi juga… akad.

Takaran dalam Mayam

Satu mayam setara dengan 3,3 gram emas. Standar mahar di Aceh berkisar antara 15 hingga 20 mayam, tergantung daerah dan kesepakatan keluarga. Dengan harga emas Antam per gram hari ini menyentuh Rp1,9 juta, berarti:

  • 1 mayam = Rp6,27 juta
  • 15 mayam = Rp94 juta
  • 20 mayam = Rp125 juta

Baca juga: Demam Emas, Investasi Bijak atau Tren Sesaat?

Ini belum termasuk biaya resepsi, hantaran, dan kebutuhan lainnya. Wajar jika banyak pasangan akhirnya memilih menunggu harga turun atau menabung lebih lama. Tapi menunggu itu, seperti cinta yang ditahan, tak selalu mudah.

Cinta di Antara Naik Turunnya Harga

Di media sosial, cerita soal gagal menikah gara-gara harga emas menjadi bahan candaan sekaligus curhat massal. Seorang warganet bahkan menulis, “Kalau emas terus naik, aku nikahnya pakai voucher GoFood aja lah.”

Ada juga yang mengunggah meme pasangan bersedih di depan toko emas, disertai caption: “Kami sudah siap lahir batin, tapi belum siap logam mulia.”

Emas bukan hanya simbol nilai, tapi juga syarat budaya. Saat harganya naik, banyak kisah cinta harus bersabar menunggu akad. Foto: Krishna Prasad/ Pexels.

Lucu, ironis, sekaligus menggambarkan betapa budaya dan ekonomi bisa saling bertaut erat.

Bukan Hanya Aceh

Aceh bukan satu-satunya daerah yang menjadikan emas sebagai simbol penting dalam pernikahan. Di Bugis, dikenal tradisi uang panai, yang bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta tergantung status sosial calon pengantin perempuan. Meski tidak semuanya dalam bentuk emas, harga logam mulia tetap jadi acuan.

Baca juga: Kekuatan Emas, Pelindung Aset Saat Dunia Tak Pasti

Di Minangkabau, dikenal uang japuik—mahar yang diberikan pihak perempuan kepada laki-laki—yang juga kadang dalam bentuk emas atau setara nilainya.

Harga emas global naik? Maka secara tak langsung, harga “tiket ke pelaminan” pun ikut naik.

Cinta vs Harga Logam

Budaya pernikahan di Indonesia memang kaya makna. Tapi ketika nilai simbolik berbenturan dengan realitas ekonomi, muncullah dilema. Apakah cinta harus ditunda demi gengsi mahar?

Baca juga: Beli Emas Jangan Asal, Ini Cara Cerdas Investasi Logam Mulia

Sejumlah tokoh adat dan ulama di Aceh mulai menyerukan pendekatan yang lebih bijak: mahar tetap penting sebagai penghargaan, tapi jangan jadi beban berat. Emas memang indah, tapi pernikahan adalah perjalanan panjang, bukan hanya soal permulaan yang mewah. ***

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *