Pangan Berkelanjutan Selamatkan 300 Juta Jiwa dari Malnutrisi

Pertanian Padi: Solusi berkelanjutan untuk menjamin ketahanan pangan. Foto: Tom Fisk/ Pexels.

TRANSISI menuju sistem pangan berkelanjutan bukan hanya sebuah pilihan, melainkan kebutuhan mendesak bagi dunia yang terus berjuang menghadapi tantangan perubahan iklim, kelaparan, dan penurunan produktivitas pertanian.

Menurut laporan terbaru dari Deloitte yang dirilis saat COP29, Turning Point: Feeding the World Sustainably, perubahan besar dalam cara kita memproduksi dan mendistribusikan pangan dapat memberikan manfaat ekonomi yang luar biasa. Sekaligus menyelamatkan miliaran orang dari kekurangan gizi.

Dengan pendekatan yang lebih cerdas dan terukur, kita dapat meningkatkan PDB global, menurunkan harga pangan, dan melindungi masa depan bumi.

Laporan tersebut mengungkapkan bahwa jika sistem pangan global dapat bertransformasi dengan cara yang berkelanjutan, dampak positifnya akan sangat terasa. Tidak hanya dalam sektor pertanian, tetapi juga dalam kehidupan ekonomi global secara keseluruhan.

PDB Dunia Dapat Meningkat US$121 Triliun

Deloitte memperkirakan bahwa dengan memitigasi dampak perubahan iklim dan meningkatkan produksi pangan hingga 40% pada 2070, PDB dunia dapat meningkat sebesar US$121 triliun. Harga pangan pun dapat turun hingga 16%. Memberikan kesempatan bagi masyarakat yang lebih luas untuk mengakses pangan yang lebih sehat dan bergizi.

Namun, tidak bertindak kini juga berarti menghadapi konsekuensi yang jauh lebih berat. Tanpa langkah-langkah signifikan untuk mengatasi perubahan iklim, dunia berpotensi kehilangan hingga US$190 triliun pada 2070.

Baca juga: Krisis Air Global, Ancaman Mendesak yang Harus Diatasi

Dampak dari perubahan iklim yang tidak terkendali dapat mengurangi hasil pertanian, memperburuk kelaparan, serta merugikan sektor pangan secara keseluruhan. Sektor manufaktur pangan dan layanan terkait diprediksi akan kehilangan sekitar US$12 triliun. Sementara penurunan nilai industri pangan utama bisa mencapai US$13 triliun.

Di tengah ancaman tersebut, praktik berkelanjutan dalam produksi pangan bisa menjadi solusi yang menguntungkan. Menurut ESG News, praktek pertanian berkelanjutan bisa mengurangi dampak lingkungan sembari meningkatkan ketahanan pangan global.

Miliaran Orang Terselamatkan dari Malnutrisi

Selain itu, hal ini juga memberikan kesempatan untuk mengurangi kesenjangan gizi yang ada. Deloitte mencatat bahwa transformasi ini berpotensi untuk mendukung 300 juta orang yang saat ini berada dalam kondisi kekurangan gizi. Dalam skenario optimis, 1,6 miliar orang tambahan akan mendapatkan gizi yang cukup.

Baca juga: 115-180 Kg Makanan Terbuang per Orang per Tahun di Indonesia

Perubahan ini juga akan sangat berdampak pada negara-negara berkembang. Termasuk Indonesia, yang menghadapi tantangan besar terkait ketahanan pangan dan dampak perubahan iklim. Dengan jumlah penduduk yang terus meningkat dan ancaman degradasi lahan yang semakin besar, langkah-langkah untuk meningkatkan keberlanjutan sektor pangan di Indonesia sangatlah penting.

Foto: Mark Stebnicki/ Pexels.

Pemerintah dan sektor swasta perlu bekerja sama untuk mengimplementasikan teknologi dan praktik yang lebih ramah lingkungan, sambil memastikan akses pangan yang lebih adil bagi seluruh lapisan masyarakat.

Pentingnya Aksi Kolektif Global

Pemimpin Bisnis Keberlanjutan Global di Deloitte, Jennifer Steinmann, menekankan bahwa COP29 adalah momen penting untuk membangun kesadaran global tentang risiko perubahan iklim terhadap ketahanan pangan.

Dalam pernyataannya, ia menegaskan bahwa keberlanjutan bukanlah pilihan. Melainkan kewajiban bagi semua pihak untuk memastikan masa depan yang lebih sehat dan lebih adil bagi umat manusia. Dengan investasi yang lebih besar dalam sistem pangan berkelanjutan, kita bisa mengangkat ratusan juta orang keluar dari kelaparan dan memperlambat laju perubahan iklim.

Transformasi ini tidak hanya bergantung pada kebijakan pemerintah, tetapi juga pada inovasi dan kolaborasi di sektor pertanian. Salah satu kunci keberhasilan adalah percepatan adopsi teknologi pertanian yang lebih efisien dan ramah lingkungan.

Ini termasuk penggunaan teknologi untuk meningkatkan hasil pertanian. Meminimalkan pemborosan sumber daya alam, serta mengurangi emisi karbon yang berasal dari sektor pertanian.

Baca juga: Food Sustainability: Rahasia Masa Depan Sehat dan Berkelanjutan

Pemimpin Global Future of Food Deloitte, Randy Jagt, menambahkan bahwa kita menghadapi “polikrisis” yang kompleks di sektor pangan. Perubahan iklim, kehilangan keanekaragaman hayati, dan penggunaan sumber daya alam yang tidak berkelanjutan mengancam ketahanan pangan global.

Oleh karena itu, ia mengajak semua pihak untuk berkomitmen pada perubahan besar yang diperlukan untuk menciptakan sistem pangan yang tidak hanya menguntungkan secara ekonomi. Tetapi, juga berkelanjutan bagi bumi.

Strategi untuk Pangan Berkelanjutan

Deloitte merekomendasikan lima strategi utama untuk mempercepat transformasi sistem pangan:

  1. Inovasi dan Peningkatan Produktivitas: Memperkenalkan teknologi baru yang dapat meningkatkan hasil pertanian sambil mengurangi dampak lingkungan.
  2. Perlindungan Modal Alam: Melindungi tanah dan sumber daya air yang krusial untuk pertanian.
  3. Pengurangan Emisi Global: Menerapkan teknologi ramah lingkungan untuk mengurangi jejak karbon sektor pangan.
  4. Pilihan Konsumen yang Berkelanjutan: Mendorong masyarakat untuk memilih pangan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.
  5. Sirkularitas dalam Pengelolaan Limbah: Meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya dengan mengurangi limbah pangan.

Dengan langkah-langkah ini, kita dapat menciptakan sistem pangan yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Tidak hanya untuk saat ini, tetapi juga untuk generasi mendatang. Keberlanjutan dalam pangan bukan sekadar impian, tetapi sebuah keharusan untuk memastikan masa depan yang lebih baik bagi semua. ***

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *