
May Day 2025 jadi momentum buruh menyuarakan enam tuntutan besar, termasuk penolakan terhadap kebijakan turunan Omnibus Law yang dinilai belum berpihak pada pekerja.
JAKARTA, mulamula.id – Hari Buruh Internasional tahun ini kembali menggema di jantung ibu kota. Sekitar 200.000 buruh dari DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat diperkirakan memadati Lapangan Monas sejak pukul 09.30 pagi. Aksi ini bukan sekadar peringatan tahunan, tapi juga panggung besar untuk menyuarakan enam isu krusial yang menyentuh langsung kehidupan para pekerja.
Enam Isu Prioritas Buruh
Presiden Partai Buruh sekaligus pimpinan Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal, membeberkan daftar tuntutan utama yang akan dibawa ke hadapan pemerintah, terutama Presiden Prabowo Subianto yang dijadwalkan hadir.
- Hapus sistem outsourcing
Buruh menuntut penghapusan sistem kerja kontrak jangka pendek yang dianggap merugikan. - Terapkan upah layak
Mereka mendorong pemerintah menetapkan standar upah yang manusiawi dan sesuai kebutuhan hidup layak. - Bentuk Satgas PHK
Usulan pembentukan satuan tugas khusus untuk menangani dan mencegah pemutusan hubungan kerja sepihak. - Sahkan RUU Ketenagakerjaan baru
RUU ini diharapkan menjadi payung hukum yang benar-benar melindungi buruh, bukan reinkarnasi omnibus law. - Sahkan RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (PPRT)
Tuntutan ini mengangkat nasib pekerja domestik yang selama ini minim perlindungan hukum. - Berantas korupsi, sahkan RUU Perampasan Aset
Buruh juga menyuarakan dukungan terhadap pemberantasan korupsi dengan mendorong pengesahan RUU Perampasan Aset.
Harapan Kepada Prabowo
May Day tahun ini juga sarat harapan. Said Iqbal menyatakan bahwa 95 persen buruh di bawah naungan organisasinya mendukung kepemimpinan Presiden Prabowo. “Perayaan ini adalah bentuk dukungan dan pengharapan agar Presiden memperjuangkan kesejahteraan buruh,” ujarnya.
Ia berharap, kehadiran Presiden Prabowo di Monas bukan hanya simbolik, tapi menjadi awal dialog terbuka antara buruh dan pemerintah.
Gerakan Buruh dan Politik
Aksi ini menegaskan posisi buruh sebagai kekuatan sosial yang tak bisa diabaikan. Dengan jumlah massa yang masif dan tuntutan yang jelas, mereka ingin memastikan bahwa kebijakan ketenagakerjaan ke depan berpihak pada keadilan sosial, bukan hanya kepentingan pasar. ***
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.