
Pemimpin Seabad (Bagian 3)
🟨 Pengantar Redaksi
Setelah menyoroti dua pemimpin yang naik lewat kekuasaan keras, Mahathir dan Guillermo Rodríguez Lara, hari ini mulamula.id menghadirkan sosok yang sangat berbeda. Tomiichi Murayama, perdana menteri Jepang yang sederhana, hidup hingga usia 101 tahun. Ia tak membanggakan kemenangan, tapi dikenal luas karena permintaan maafnya atas dosa sejarah negaranya. Inilah kisah seorang pemimpin yang menua bersama perdamaian. ***
____________________________________
Dari Anak Nelayan ke Perdana Menteri
TOMIICHI Murayama lahir pada 3 Maret 1924 di kota kecil Oita, Jepang. Latar belakangnya bukan bangsawan, bukan militer, bukan pula elite politik. Ia anak rakyat jelata, dididik dalam semangat kesederhanaan.
Murayama aktif di dunia buruh dan politik kiri. Pada 1994, ia menjadi perdana menteri dari Partai Sosialis Jepang, momen langka dalam dominasi politik konservatif Jepang. Ia menjabat selama 561 hari, dari Juni 1994 hingga Januari 1996. Meski singkat, masa jabatan itu meninggalkan satu warisan penting.
Satu Kalimat yang Mengubah Sejarah
Pada 15 Agustus 1995, bertepatan dengan peringatan 50 tahun kekalahan Jepang di Perang Dunia II, Murayama menyampaikan pernyataan resmi: “Penyesalan mendalam dan permintaan maaf tulus atas penderitaan besar yang disebabkan oleh agresi Jepang selama perang.”
Baca juga: Mahathir 100 Tahun, Nafas Panjang Kekuasaan yang Belum Tamat
Kalimat itu mencatatkan namanya dalam sejarah sebagai perdana menteri pertama Jepang yang secara terbuka mengakui dan menyesali kesalahan masa lalu. Bagi banyak negara Asia Timur, khususnya Korea dan Tiongkok, pernyataan itu menjadi titik terang yang langka.
Murayama tidak membawa Jepang ke medan perang. Tapi ia memilih menanggung dosa sejarah bangsanya, sebuah tindakan langka, apalagi di usia politik yang pendek.
100 Tahun dan Harapan untuk Perdamaian
Saat merayakan ulang tahunnya yang ke-100 pada Maret 2024, Murayama menyampaikan harapan terakhirnya: “Saya ingin Jepang tetap menjadi negara yang damai.”
Ia wafat seminggu setelah ulang tahunnya yang ke-101, pada 9 Maret 2025. Sebelum wafat, ia tetap aktif mendukung Partai Sosial Demokrat, meski lebih banyak diam di usia lanjut. Ia bukan tokoh flamboyan. Tak suka sorotan. Tapi ia tetap dikenang sebagai perdana menteri “bagi rakyat kecil” yang berbicara di saat sunyi.
Baca juga: Guillermo Rodriguez Lara, Jenderal Kudeta yang Hidup 101 Tahun
Murayama membuktikan bahwa umur panjang bukan hanya tentang bertahan, tapi juga tentang keberanian mengambil tanggung jawab sejarah.
Besok: Yasuhiro Nakasone, perdana menteri Jepang yang dikenal ambisius dan hidup hingga 101 tahun. Apa beda warisan antara ia dan Murayama? ***
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.
Dukung Jurnalisme Kami: https://saweria.co/PTMULAMULAMEDIA