Siapa Sangka, Daun Jeruk RI Jadi ‘Harta Karun’ di Luar Negeri

Daun jeruk Indonesia, ‘harta karun’ di pasar global. Namun, persaingan tajam membuat ekspornya terus tertekan. Foto: Instagram/ @bakwanninna.

DI INDONESIA, daun jeruk lebih terkenal sebagai bumbu dapur dalam masakan seperti rendang dan soto. Namun, di luar negeri, daun ini justru menjadi komoditas bernilai tinggi. Jepang, Belanda, hingga Iran memanfaatkannya untuk industri makanan sehat, farmasi, hingga produk berbasis herbal.

Sayangnya, meskipun permintaan global tetap tinggi, ekspor daun jeruk Indonesia justru terus merosot.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor daun jeruk Indonesia pada 2023 hanya mencapai US$3,26 juta atau sekitar Rp53 miliar. Angka ini turun dari US$4,10 juta pada tahun sebelumnya dan jauh lebih rendah dibandingkan 2019 yang mencapai US$4,78 juta.

Baca juga: Tabasheer Indonesia, Harta Karun Bambu yang Mendunia

Padahal, negara-negara seperti Malaysia dan Jepang masih menunjukkan minat besar terhadap daun jeruk Indonesia. Malaysia menjadi importir terbesar dengan nilai transaksi US$913,32 ribu, disusul Jepang dengan US$690,75 ribu. Namun, ekspor ke negara lain seperti Belanda, India, dan Iran belum mampu menutup penurunan total ekspor.

Siapa sangka, daun jeruk Indonesia jadi incaran dunia. Tapi, tantangan ekspor bikin potensinya terhambat. Foto: Instagram/ @bakwanninna.
Persaingan Ketat dan Kendala Ekspor

Penurunan ekspor ini bukan karena turunnya permintaan, melainkan karena berbagai tantangan yang dihadapi eksportir Indonesia. Beberapa faktor yang berkontribusi pada tren negatif ini antara lain:

  1. Persaingan dengan Thailand dan Vietnam Dua negara ini mulai mendominasi pasar daun jeruk dengan harga lebih kompetitif dan kualitas yang lebih terstandarisasi.
  2. Standar Ketat Pasar Global Uni Eropa dan Jepang menerapkan regulasi ketat terkait residu pestisida dan sertifikasi organik, membuat produk Indonesia sulit bersaing.
  3. Biaya Logistik yang Tinggi Kenaikan biaya pengiriman dan hambatan distribusi sejak pandemi Covid-19 masih berdampak pada rantai pasok ekspor.
  4. Kurangnya Diversifikasi Pasar Ekspor daun jeruk masih bertumpu pada Malaysia dan Jepang. Kurangnya ekspansi ke pasar lain membuat daya tahan ekspor menjadi lemah.

Baca juga: Agroindustri, Penggerak Ekonomi Indonesia

Peluang Besar, Apa Strateginya?

Meskipun menghadapi banyak tantangan, peluang ekspor daun jeruk masih terbuka lebar. Agar tetap kompetitif, beberapa langkah penting perlu diambil:

  1. Peningkatan Kualitas dan Sertifikasi Penerapan sistem pertanian berkelanjutan dan sertifikasi organik bisa membuka akses ke pasar premium seperti Eropa dan Jepang.
  2. Diversifikasi Pasar Ekspor Mengeksplorasi pasar Timur Tengah dan Eropa Timur yang semakin tertarik pada produk herbal bisa menjadi solusi jangka panjang.
  3. Optimalisasi Rantai Pasok Efisiensi distribusi dan kolaborasi dengan sektor logistik dapat menekan biaya pengiriman dan meningkatkan daya saing harga.
  4. Strategi Branding dan Promosi Menonjolkan keunikan daun jeruk Indonesia melalui pameran dagang internasional dan pemasaran digital bisa meningkatkan daya tarik di pasar global.

Daun jeruk mungkin terlihat sederhana, tetapi di luar negeri, ia menjadi komoditas berharga. Indonesia masih memiliki peluang besar untuk menguasai pasar global jika dapat mengatasi tantangan kualitas, distribusi, dan persaingan. Dengan strategi yang tepat, daun jeruk RI bisa tetap menjadi ‘harta karun’ yang dicari dunia. ***

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *