
MAKKAH – Puncak ibadah haji 2025 diperkirakan berlangsung dalam suhu ekstrem. Di kawasan Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna), suhu udara bisa menembus 50 derajat Celsius. Kelembapan pun rendah, hanya sekitar 30 persen. Cuaca kering dan panas jadi tantangan berat bagi jutaan jemaah yang sedang beribadah.
Kondisi ini menjadi alarm bagi jemaah, terutama lanjut usia dan yang memiliki riwayat penyakit tertentu. Pemerintah Indonesia lewat Kementerian Agama mengimbau jemaah membatasi aktivitas di luar ruangan dan tetap berada di tenda selama wukuf. “Hindari paparan sinar matahari langsung. Keluar hanya jika sangat diperlukan,” ujar Sekjen Kemenag RI, Kamaruddin Amin.
Waspada Heatstroke dan Dehidrasi
Suhu ekstrem memicu risiko penyakit terkait panas seperti heatstroke, kelelahan, hingga dehidrasi. Jemaah diimbau memperbanyak minum air, menjaga pola makan, serta rutin memeriksakan kondisi kesehatan.
Baca juga: Tak Hanya Doa, Ibadah Haji Menuntut Fisik yang Tangguh
“Persiapan bukan cuma fisik. Saya bawa lotion pelindung, pakaian menyerap keringat, kipas portabel, payung, dan obat pribadi,” ujar seorang jemaah asal Jakarta di Makkah.
Teknologi Kesehatan Hadirkan Kecepatan
Kerajaan Arab Saudi menyiapkan layanan kesehatan 24 jam di seluruh titik Armuzna. Fasilitas medis dilengkapi sistem digital terintegrasi, bahkan memakai kecerdasan buatan (AI) untuk mempercepat diagnosis dan pengambilan keputusan.
Baca juga: Arafah, Titik Puncak Haji yang Tak Boleh Dilewatkan
Lebih dari 81 ribu layanan medis telah diberikan. Tak hanya itu, pengiriman obat kini dibantu drone. Waktu distribusi yang dulunya bisa mencapai satu jam, kini hanya butuh enam menit. “Drone sangat membantu kami menjangkau titik layanan dengan cepat,” ujar CEO Pusat Rujukan Medis Kemenkes Arab Saudi, Noval Aljuran.

Pendingin Terbesar Dunia Aktifkan Kesejukan
Menghadapi suhu ekstrem, otoritas Masjidil Haram dan Masjid Nabawi mengaktifkan sistem pendingin terbesar di dunia. Dua stasiun utama—Shamiya dan Ajyad—menyediakan total kapasitas pendinginan hingga 155 ribu ton. Suhu di area Masjidil Haram dijaga stabil antara 22 hingga 24 derajat Celsius.
Baca juga: Haji 2025 Diperketat, Arab Saudi Usir Ratusan Ribu Jemaah Tanpa Izin
Teknologi pemurnian udara turut diterapkan, mengeliminasi 95 persen partikel kotor agar jemaah tetap merasa nyaman dan fokus beribadah.
Haji tahun ini bukan hanya soal kesiapan spiritual, tetapi juga kesiapan menghadapi iklim ekstrem. Kolaborasi teknologi dan kehati-hatian pribadi menjadi kunci keselamatan jemaah di tengah panasnya Tanah Suci. ***
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.