Jejak Spiritual Haji, dari Arafah ke Muzdalifah dan Mina

Suasana mabit jemaah haji Indonesia di Muzdalifah, bagian dari rangkaian ibadah haji setelah wukuf. Foto: Dok. Kemenag.

MAKKAH – Usai menunaikan wukuf di Arafah pada 9 Zulhijjah, jutaan jemaah haji dari seluruh dunia akan bergerak menuju Muzdalifah. Inilah fase sakral dalam ibadah haji yang dikenal sebagai mabit, atau bermalam di kawasan terbuka tersebut.

Menurut Musytasyar Dini Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, M. Ulinnuha, mabit di Muzdalifah termasuk salah satu kewajiban haji. Ritual ini menjadi transisi penting sebelum jemaah melanjutkan perjalanan ke Mina untuk melempar jumrah.

Muzdalifah, Tempat Bertemu dan Berkumpul

Secara etimologis, Muzdalifah berarti al-Izdilaf, yang bermakna berkumpul. Namun lebih dari itu, wilayah ini menyimpan jejak sejarah pertemuan Nabi Adam dan Siti Hawa setelah ratusan tahun terpisah. Momentum itu kini dikenang dalam bentuk ibadah, berdasarkan praktik Rasulullah SAW saat menunaikan haji wada’.

Baca juga: Arafah, Titik Puncak Haji yang Tak Boleh Dilewatkan

Di Muzdalifah, jemaah tidak hanya menginap hingga tengah malam atau menjelang subuh, tapi juga dianjurkan memperbanyak zikir serta mengumpulkan kerikil untuk persiapan lontar jumrah di Mina. Meskipun kerikil telah disediakan pihak syarikah, mengambil langsung dari Muzdalifah dianggap mengikuti sunah Nabi.

Menuju Mina, Menuju Harapan

Setelah mabit di Muzdalifah, jemaah akan bergerak ke Mina. Ulinnuha menjelaskan, secara bahasa, Mina juga disebut muna, yang berarti harapan. Di sinilah jemaah bermunajat dan menumpahkan harapan kepada Allah SWT, sebagaimana dilakukan oleh para nabi terdahulu.

Baca juga: Ujian Panas di Tanah Suci, Haji 2025 di Bawah Terik 50°C

Pada tanggal 10 Zulhijjah, jemaah melaksanakan lempar jumrah aqabah sebanyak tujuh kali. Usai melontar, mereka diperbolehkan bercukur (tahalul awal), lalu berganti pakaian biasa dan terbebas dari larangan ihram, kecuali hubungan suami-istri.

Jembatan Jumrah akan dilintasi sekitar 1,8 juta jemaah haji yang hendak melempar jumrah Aqabah pada 10 Zulhijjah. Foto: Dok. Antaranews.
Mabit dan Jumrah Berlanjut

Perjalanan haji belum berakhir di situ. Jemaah kembali bermalam di Mina pada malam 11 dan 12 Zulhijjah, dan bagi yang mengambil nafar tsani, mereka mabit hingga malam 13 Zulhijjah.

Baca juga: Tak Hanya Doa, Ibadah Haji Menuntut Fisik yang Tangguh

Setiap hari, jemaah melempar tiga jumrah: ula, wustho, dan aqabah, masing-masing dengan tujuh lemparan menggunakan kerikil yang dikumpulkan dari Muzdalifah. Setelah semua tahapan ini selesai, jemaah kembali ke hotel masing-masing di Makkah, menuntaskan rukun Islam kelima.

Setiap fase perjalanan haji membawa makna mendalam. Dari pertemuan Nabi Adam dan Hawa di Muzdalifah, hingga harapan yang dibisikkan di tenda-tenda Mina, haji bukan sekadar ritual, tapi perjalanan spiritual yang menyatukan sejarah, makna, dan harapan umat Islam di seluruh dunia. ***

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *