Kepri Jadi Panggung Besar Energi Bersih Dunia

Dari udara, wilayah Kepulauan Riau tampak strategis di antara jalur perdagangan internasional. Karimun dan Bintan kini disiapkan sebagai pusat industri hijau berbasis energi bersih. Foto: Joan Germaine/ Pexels.

PEMERINTAH Indonesia dan Singapura resmi menyatukan visi dalam menciptakan masa depan energi yang lebih bersih. Kolaborasi dua negara bertetangga ini diwujudkan lewat penandatanganan nota kesepahaman (MoU) tentang pembangunan Sustainable Industrial Zone (SIZ) atau Zona Industri Berkelanjutan di Kepulauan Riau.

Lokasinya strategis: Karimun dan Bintan. Dekat dengan jalur pelayaran internasional dan pusat industri Singapura, kawasan ini disiapkan menjadi pusat baru industri energi terbarukan Asia Tenggara.

Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia, menyebut proyek ini sebagai langkah konkret untuk hilirisasi industri hijau. “Kami minta pemerintah Singapura serius. Bukan hanya soal investasi, tapi juga transfer teknologi dan penciptaan lapangan kerja hijau,” kata Bahlil, Selasa (17/6/2025).

Solar Panel, Kabel, dan Investasi Rp 160 Triliun

Tak sekadar wacana, pembangunan zona industri ini akan menyasar manufaktur komponen energi baru. Dua yang utama: panel surya dan kabel listrik. Keduanya akan diproduksi langsung di Indonesia, bukan hanya dirakit.

“Solar panel dan kabelnya nanti dibuat di sini. Ini bagian dari syarat mutlak kerja sama kita,” ujar Bahlil.

Baca juga: Energi Hijau Siap, 15 Investor Taiwan Relokasi Pabrik ke Indonesia

Nilai proyek ini tak main-main. Diperkirakan mencapai USD 10 miliar atau sekitar Rp 160 triliun. Sejumlah calon investor dari sektor energi dan teknologi telah menyatakan minat mereka. Pemerintah memastikan, proses pembangunan akan dirancang agar membawa nilai tambah maksimal bagi Indonesia.

Carbon Capture dan Perdagangan Energi Bersih

Selain manufaktur energi, kerja sama ini juga mencakup pengembangan fasilitas carbon capture and storage (CCS). Teknologi ini jadi penopang bagi industri yang sulit didekarbonisasi seperti petrokimia dan logam berat.

“CCS adalah solusi. Kami ingin Indonesia jadi pionir teknologi penangkapan karbon lintas batas di Asia Tenggara,” kata Bahlil.

Baca juga: Saat Angin Menjadi Tanda Tanya Masa Depan Energi

Pantai senja di Bintan, Kepulauan Riau. Kawasan ini disiapkan menjadi bagian dari zona industri hijau yang mengusung energi bersih dan ekonomi rendah karbon. Foto: Romawi Namaasli/ Pexels.

Tak hanya itu. Indonesia dan Singapura juga sepakat memperkuat interkoneksi dan perdagangan listrik lintas negara. Artinya, energi bersih yang diproduksi di Riau berpotensi diekspor ke Singapura dan negara tetangga lainnya.

Menuju Ekonomi Rendah Karbon

Kawasan industri hijau ini akan membawa banyak dampak positif. Selain menciptakan ribuan lapangan kerja, proyek ini diharapkan menjadi model integrasi energi bersih dalam skala besar.

Langkah ini juga sejalan dengan ambisi Indonesia untuk mencapai target net zero emission pada 2060, sembari mendorong pertumbuhan ekonomi rendah karbon yang berdaya saing global.

Baca juga: Investasi Hijau Indonesia Tembus Rp 305 Triliun

Sebelumnya, pada Jumat (13/6/2025), kedua negara juga telah menandatangani tiga MoU tambahan terkait efisiensi energi, interkoneksi kelistrikan lintas batas, serta pengembangan teknologi rendah karbon.

Kolaborasi ini menjadi babak baru bagi masa depan energi di kawasan. Dengan komitmen kuat dan strategi jangka panjang, Indonesia bersiap naik kelas sebagai pemain utama dalam industri hijau dunia. ***

Artikel ini hasil kolaborasi antara Mulamula.id dan SustainReview.id, untuk menghadirkan wawasan mendalam seputar isu keberlanjutan dan transformasi hijau.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *