
DUA peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Arief Budiman dan Dr. Eko Agus Suyono, telah merancang purwarupa Algaetree, sebuah teknologi dekarbonisasi canggih. Alat ini dirancang untuk menyerap karbon dioksida (CO2) di udara terbuka dengan efisiensi tinggi.
Melalui kolaborasi dengan startup PT Algatech Nusantara, purwarupa ini dikembangkan menjadi “Microforest 100”.
Mikroalga: Solusi Efektif Menyerap CO2
Microforest 100 memanfaatkan mikroalga, yang dikenal mampu menyerap karbon dioksida 30-50 kali lebih banyak dibandingkan tanaman terestrial. Instalasi setinggi dua meter ini menggunakan teknologi fotobioreaktor untuk menyerap CO2, setara dengan lima pohon dewasa berumur 15 tahun.
Mikroalga juga tahan di lingkungan berpolusi dan suhu ekstrem, menjadikannya solusi potensial untuk masalah perubahan iklim.
Implementasi di Masjid Raya Syeikh Zayed
Microforest 100 pertama kali dipasang di Masjid Raya Syeikh Zayed, Solo, Jawa Tengah, mengingat tingginya tingkat pengunjung. Alat ini ditempatkan di ruang terbuka untuk menyerap CO2 yang dihasilkan pengunjung.
Rangga Wishesa, CEO Algatech Nusantara, menjelaskan bahwa startup ini menambahkan fitur pelengkap seperti sensor kondisi kultivasi untuk memaksimalkan kinerja alat ini.
Baca juga: Inspirasi dari Mahasiswi Gen Z: Revolusi Energi Terbarukan bersama Maria Dominica Wendy
Potensi Masa Depan Mikroalga
Dr. Eko Agus Suyono menekankan bahwa mikroalga memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi produk lain, seperti bahan bakar bioenergi.
Harapannya, potensi ini bisa dieksplorasi lebih lanjut untuk mengurangi emisi karbon dan mengatasi perubahan iklim secara masif.
Kehadiran Microforest 100 di Masjid Raya Syeikh Zayed menjadi langkah awal untuk aplikasi lebih luas di berbagai tempat ibadah lainnya. ***