Dampak Memilukan Perubahan Iklim Terhadap Perempuan

Perempuan dan anak perempuan, terdampak serius oleh perubahan iklim dengan akses terbatas terhadap sumber daya dan risiko bencana alam yang meningkat. Foto: Pexels.

JAKARTA, Mulamula.id – Perempuan dan anak perempuan menjadi kelompok yang paling terdampak oleh perubahan iklim. Menurut Jessica Shulman, seorang dosen senior dari Victoria University Australia, krisis iklim tidak hanya menambah ketidaksetaraan gender, tetapi juga memperparahnya. Mereka menghadapi ancaman serius terhadap penghidupan, kesehatan, dan keselamatan mereka.

Ketidaksetaraan Gender dalam Krisis Iklim

Di seluruh dunia, perempuan sering kali memiliki akses terbatas terhadap sumber daya alam, meskipun mereka lebih bergantung pada sumber daya tersebut. Dalam berbagai daerah, tanggung jawab perempuan dalam mencari pangan, air, dan bahan bakar jauh lebih besar dibandingkan proporsi yang seharusnya.

Saat terjadi kekeringan atau cuaca ekstrem, mereka harus bekerja lebih keras untuk mendukung keluarga mereka, sering kali dengan konsekuensi anak perempuan harus meninggalkan pendidikan mereka.

Tekanan Berlipat pada Perempuan dalam Menghadapi Bencana Alam

Perubahan iklim juga meningkatkan frekuensi dan keparahan bencana alam seperti banjir, curah hujan ekstrem, naiknya permukaan air laut, dan badai yang semakin parah. Negara-negara pulau dan kepulauan kecil menjadi pihak yang paling terdampak, menghadapi ancaman nyata dari kenaikan permukaan laut.

Misalnya, banjir tidak hanya mengancam ketersediaan air bersih, tetapi juga menambah beban perempuan dalam pengumpulan dan pengolahan air.

Baca juga: Bursa Karbon Indonesia, Jalan Menuju Masa Depan Hijau

Kekeringan, yang mengancam lebih dari sepertiga populasi perempuan dunia, terutama di negara-negara dengan skenario emisi tinggi, perkiraan akan meningkat hingga 17% pada 2030 dan hingga 90% pada 2080. Hal ini juga berdampak pada perkawinan anak dan angka kelahiran yang menurun.

Perubahan iklim bukan hanya masalah lingkungan, tetapi juga menjadi krisis sosial yang mengancam kesetaraan gender dan kehidupan perempuan secara keseluruhan. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *