Istanbul, Tantangan Kemacetan yang Tak Terhindarkan

Istanbul menjadi salah satu kota termacet di dunia, dengan pengemudi rata-rata terjebak 91 jam per tahun di jalan. Kemacetan parah ini dipicu oleh kepadatan penduduk dan pertumbuhan kendaraan yang terus meningkat. Foto: Emre Can Acer/ Pexels.

ISTANBUL, kota terbesar di Turki, kembali masuk dalam daftar kota termacet di dunia. Berdasarkan laporan terbaru dari INRIX 2024 Global Traffic Scorecard, Istanbul mencatatkan waktu penundaan rata-rata per pengemudi sebanyak 105 jam per tahun, menempati peringkat pertama dalam daftar kota-kota dengan kemacetan parah. Ini adalah peningkatan signifikan dibandingkan tahun lalu yang tercatat hanya 91 jam.

Sebagai kota yang menghubungkan dua benua, Istanbul menghadapi tantangan besar dalam hal mobilitas. Kemacetan di kota ini bukan sekadar soal jumlah kendaraan yang terus bertambah, tetapi juga pengaruh faktor geografis dan infrastruktur yang terbatas.

Pertumbuhan Kendaraan Pribadi dan Peningkatan Urbanisasi

Istanbul, dengan luas wilayah sekitar 5.343 km² dan populasi lebih dari 15 juta jiwa (sumber: World Population Review, 2023), telah menjadi pusat ekonomi, budaya, dan politik Turki. Namun, pesatnya pertumbuhan urbanisasi dan peningkatan jumlah kendaraan pribadi yang tidak diimbangi dengan pengembangan infrastruktur membuat jalan-jalan utama kota ini semakin padat.

Baca juga: Jakarta Kota Termacet Ketujuh di Dunia, Apa Solusinya?

Kota yang terletak di dua benua—Eropa dan Asia—dengan Bosphorus yang membatasi kedua sisi ini, menghadirkan tantangan logistik yang sangat kompleks. Pengemudi di Istanbul sering kali terjebak dalam kemacetan panjang, yang semakin memperburuk kualitas udara dan memperlambat produktivitas ekonomi.

Masalah Infrastruktur dan Manajemen Lalu Lintas

Kecepatan rata-rata kendaraan di pusat kota Istanbul hanya 24 km/jam, menunjukkan betapa buruknya manajemen lalu lintas. Infrastruktur jalan yang ada tidak mampu mengimbangi laju pertumbuhan kendaraan. Sementara itu, meski sistem transportasi publik, termasuk kereta bawah tanah dan bus, terus dikembangkan, kapasitasnya masih jauh dari cukup untuk mengatasi kebutuhan mobilitas warga.

Namun, pemerintah Istanbul dan Turki tidak tinggal diam. Sejumlah proyek infrastruktur besar sedang dalam pembangunan untuk mengurangi beban lalu lintas. Salah satunya adalah pembangunan jembatan baru dan pengembangan jalur kereta cepat yang lebih efisien. Meski demikian, upaya ini belum cukup untuk mengurangi kemacetan secara signifikan dalam waktu dekat.

Dampak Kemacetan terhadap Perekonomian dan Kesehatan

Kemacetan di Istanbul tidak hanya menghabiskan waktu, tetapi juga merugikan perekonomian. Sebagai salah satu kota terbesar dan terpenting di kawasan ini, dampak kemacetan terhadap produktivitas sangat besar. Waktu yang terbuang di jalan mempengaruhi berbagai sektor, mulai dari perdagangan hingga sektor jasa.

Baca juga: China Luncurkan Kereta Serat Karbon Pertama di Dunia

Selain itu, kemacetan juga memperburuk kualitas udara. Sebagian besar polusi udara di Istanbul berasal dari kendaraan bermotor, yang mengandung partikel berbahaya bagi kesehatan. Oleh karena itu, selain meningkatkan infrastruktur, masalah kualitas udara perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah setempat.

Jalanan Istanbul padat kendaraan sepanjang hari, mencerminkan tantangan besar dalam mobilitas perkotaan. Kemacetan yang kian parah ini berdampak pada waktu tempuh, kualitas hidup, dan efisiensi ekonomi kota. Foto: Necip Duman/ Pexels.

Solusi Jangka Panjang

Untuk mengatasi masalah kemacetan, Istanbul membutuhkan solusi jangka panjang yang lebih terintegrasi. Pengurangan kendaraan pribadi, pengembangan sistem transportasi massal yang lebih efisien, serta penerapan kebijakan ramah lingkungan menjadi langkah penting yang harus segera diwujudkan. Kemacetan di Istanbul adalah masalah yang memerlukan kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat.

Istanbul, yang kini berada di peringkat pertama kota termacet di dunia, harus menghadapi tantangan besar dalam mengatasi kemacetan yang mengganggu mobilitas warga dan merugikan perekonomian.

Baca juga: Kemacetan Jakarta, Sebuah Fenomena yang Terus Memburuk

Besok, kami akan membahas kota besar lainnya yang juga menghadapi masalah serupa, yaitu Chicago, yang masuk dalam peringkat ketiga. ***

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *