London Kian Padat, 101 Jam Terjebak dalam Kemacetan

Jembatan Menara London tetap megah di tengah hiruk-pikuk kota. Namun, di balik keindahannya, London kini menempati peringkat kelima kota termacet di dunia, dengan pengemudi menghabiskan 101 jam per tahun terjebak di jalan. Foto: Nicole Rathmayr/ Pexels.

LONDON, ibu kota Inggris, menempati peringkat kelima dalam daftar kota termacet dunia versi INRIX 2024 Global Traffic Scorecard. Pengemudi di kota yang penuh sejarah ini menghabiskan rata-rata 101 jam per tahun terjebak dalam kemacetan. Sedikit meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, yang tercatat 99 jam.

Meskipun memiliki sistem transportasi publik yang terintegrasi dengan baik, London tetap menghadapi tantangan besar terkait kemacetan lalu lintas.

Kepadatan Lalu Lintas, Sebuah Tantangan Berkelanjutan

Sebagai pusat politik, ekonomi, dan budaya Inggris, London adalah kota yang sangat sibuk dengan populasi lebih dari 9 juta jiwa (termasuk kawasan metropolitan). Hampir setiap sudut kota ini penuh oleh kendaraan pribadi, bus, taksi, serta kereta bawah tanah yang menjadi tulang punggung transportasi publik. Namun, kepadatan ini juga menjadi sumber utama dari masalah kemacetan yang terus berkembang.

Mengapa London Masih Terkepung Kemacetan?

Beberapa faktor utama yang menyebabkan kemacetan di London adalah peningkatan jumlah kendaraan pribadi. Juga keterbatasan kapasitas infrastruktur, dan lambatnya implementasi solusi transportasi. Meskipun London Underground dan jaringan bus cukup efisien, banyak warga yang tetap lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi. Terutama karena kenyamanan dan fleksibilitas waktu.

Baca juga: Chicago, Kota Ketiga Termacet di Dunia dengan Waktu Tunda 102 Jam

Selain itu, keterbatasan ruang jalan, terutama di pusat kota yang padat, membuat pembangunan infrastruktur baru menjadi sangat menantang. Terdapat pula kendala lain, seperti proyek konstruksi yang mempengaruhi kelancaran lalu lintas. Serta faktor peraturan jalan yang membatasi area-area tertentu untuk kendaraan pribadi.

Dampak Kemacetan terhadap London dan Ekonomi

Kemacetan di London bukan hanya mempengaruhi waktu perjalanan, tetapi juga berdampak pada produktivitas ekonomi. Waktu yang hilang di jalan mengurangi efisiensi kerja dan dapat menghambat sektor-sektor tertentu, seperti distribusi barang dan layanan.

Jalanan London semakin padat, dengan pengemudi rata-rata menghabiskan 101 jam per tahun terjebak macet. Kota ini kini menempati peringkat kelima dalam daftar kota termacet di dunia. Foto: Lina Kivaka/ Pexels.

Kemacetan yang terus meningkat juga memperburuk kualitas udara, yang menjadi isu besar bagi kesehatan warga London. Dengan populasi yang terus berkembang dan penggunaan kendaraan bermotor yang meningkat, polusi udara menjadi salah satu perhatian utama dalam upaya untuk meningkatkan kualitas hidup.

Baca juga: Istanbul, Tantangan Kemacetan yang Tak Terhindarkan

Pembatasan Kendaraan Pribadi

Untuk mengurangi kemacetan, beberapa solusi telah dipertimbangkan dan diterapkan. Di antaranya pembatasan kendaraan pribadi di pusat kota melalui sistem London Congestion Charge. Selain itu, investasi dalam transportasi publik dan pengembangan jalan-jalan ramah lingkungan seperti jalur sepeda dan pejalan kaki semakin diperhatikan.

Baca juga: Jakarta Kota Termacet Ketujuh di Dunia, Apa Solusinya?

Namun, mengingat ukurannya yang sangat besar dan terus berkembang, London harus lebih serius dalam mengeksplorasi solusi transportasi masa depan. Seperti mobil listrik dan kendaraan otonom, serta perubahan perilaku masyarakat dalam menggunakan transportasi umum.

Meskipun telah menerapkan berbagai kebijakan untuk mengatasi kemacetan, London masih menghadapi perjuangan panjang dalam mengurangi kemacetan lalu lintas di pusat kota. Dengan upaya yang berkelanjutan, kota ini dapat menciptakan solusi yang lebih baik untuk mobilitas masa depan.

Baca juga: Kemacetan Jakarta, Sebuah Fenomena yang Terus Memburuk

Besok, kami akan membahas kota Los Angeles, yang berada di posisi kedelapan dalam daftar kemacetan global ini. ***

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *