
JAKARTA baru saja meraih “prestasi” yang tak menguntungkan. Menurut laporan INRIX 2024 Global Traffic Scorecard, Jakarta kini menempati peringkat ke-7 sebagai kota termacet di dunia. Pengemudi di kota metropolitan Indonesia ini rata-rata kehilangan 89 jam per tahun akibat kemacetan—lonjakan sebesar 37% dibandingkan tahun lalu yang hanya mencatat 65 jam.
Peringkat ini menempatkan Jakarta sejajar dengan kota besar seperti New York City dan London, hanya di bawah Istanbul yang mencatatkan 105 jam tunda per pengemudi per tahun.
Dampak Kemacetan terhadap Ekonomi dan Kesehatan
Kemacetan Jakarta bukan sekadar soal waktu yang terbuang percuma. Setiap tahun, kemacetan menggerus ekonomi kota dengan biaya yang tidak sedikit. Di kota besar seperti New York, pengemudi kehilangan sekitar USD 1.976 per tahun akibat kemacetan.
Baca juga: Jakarta Berencana Batasi Kendaraan Bermotor untuk Atasi Macet dan Polusi
Jika diperkirakan di Jakarta, kerugian produktivitas bisa sangat besar. Selain itu, emisi kendaraan bermotor yang meningkat turut memperburuk kualitas udara dan kesehatan masyarakat.
Infrastruktur Jalan dan Transportasi Umum, Tantangan Besar
Kemacetan di Jakarta dipicu oleh beberapa faktor utama. Pertama, laju urbanisasi yang pesat menyebabkan peningkatan jumlah kendaraan pribadi. Kedua, infrastruktur jalan yang belum mampu mengimbangi jumlah kendaraan yang terus bertambah.
Baca juga: Biaya Polusi Udara Jakarta: Rp52 Triliun per Tahun
Meskipun transportasi publik seperti MRT dan LRT sudah diperkenalkan, akses dan kapasitasnya masih jauh dari memadai untuk memenuhi kebutuhan mobilitas warga Jakarta.

Kecepatan rata-rata kendaraan di pusat kota Jakarta hanya 21 km/jam, hampir setara dengan kota-kota padat seperti Mexico City, Paris, dan London. Ini mengindikasikan bahwa masalah kemacetan di Jakarta bukan hanya soal jumlah kendaraan, tetapi juga efisiensi pengaturan lalu lintas.
Baca juga: Mengapa Warga Jakarta Perlu Beralih ke Transportasi Publik?
Peluang Perbaikan untuk Jakarta
Laporan INRIX ini menjadi pengingat bahwa kemacetan adalah masalah global yang membutuhkan solusi kreatif dan terkoordinasi. Jakarta memiliki peluang besar untuk memperbaiki kondisi ini dengan merancang strategi transportasi jangka panjang.
Pembatasan kendaraan pribadi dan pengembangan transportasi massal yang lebih terintegrasi dapat menjadi langkah awal. Jika tidak segera ditangani, posisi Jakarta di daftar kota termacet dunia bisa terus merangkak naik.
Baca juga: Jakarta Harus Percepat Elektrifikasi Transportasi Publik
Kemacetan Jakarta bukan sekadar soal angka, tetapi berdampak luas pada produktivitas, kesehatan, dan kualitas hidup warganya. Pemerintah DKI Jakarta harus segera merumuskan solusi kreatif yang tidak hanya mengandalkan pembangunan fisik, tetapi juga perbaikan dalam manajemen lalu lintas dan pengembangan transportasi publik. Tanpa langkah konkret, Jakarta akan terus terjebak dalam kemacetan yang semakin parah. ***
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.