Fenomena Burnout di Kalangan Influencer: Tekanan Konten Tiap Hari

Di Balik Layar Gemerlap, Ada Tekanan Tak Terlihat – Influencer harus terus aktif dan kreatif, tapi apakah kesehatan mental mereka jadi taruhannya? Foto: Ilustrasi/ Los Muertos Crew/ Pexels.

MENJADI influencer tampak menyenangkan. Fleksibilitas kerja, penghasilan tinggi, dan ketenaran menjadi daya tarik utama. Namun, di balik layar, banyak kreator mengalami tekanan luar biasa. Mereka dituntut selalu aktif, kreatif, dan relevan. Akibatnya, burnout di kalangan influencer semakin marak.

Tekanan Tak Terlihat, Konten Harus Selalu Mengalir

Algoritma media sosial tidak mengenal istirahat. Influencer harus terus membuat konten agar tetap muncul di linimasa pengikutnya. Jika berhenti sejenak, engagement menurun drastis. Tekanan ini membuat banyak kreator mengalami kelelahan mental.

Laporan dari American Psychological Association (APA) menunjukkan bahwa pekerja digital, termasuk influencer, memiliki risiko burnout lebih tinggi dibanding pekerja kantoran. Sebabnya? Tidak ada jam kerja tetap, ekspektasi tinggi dari audiens, dan ketidakpastian penghasilan.

Kasus Burnout di Kalangan Influencer

Beberapa kreator besar telah terbuka tentang kelelahan yang mereka alami:

  • Emma Chamberlain, YouTuber populer, sempat hiatus karena merasa kehabisan ide dan energi.
  • Elle Mills, kreator dengan jutaan pengikut, mengalami serangan panik akibat tekanan konten.
  • PewDiePie, salah satu YouTuber terbesar, mengungkap bahwa ekspektasi audiens bisa menjadi beban berat bagi mentalnya.

Kasus-kasus ini menunjukkan bahwa di balik gaya hidup glamor, ada tekanan luar biasa yang sering tidak terlihat oleh publik.

Di Balik Sorotan, Ada Beban Tak Terlihat
Di balik unggahan sempurna, banyak influencer menghadapi tekanan konten yang tak ada habisnya. Bagaimana mereka mengatasinya? Foto: Till Daling/ Pexels.
Mengapa Influencer Rentan Burnout?
  1. Tidak Ada Batasan Waktu Kerja
    Media sosial berjalan 24/7. Influencer sering bekerja tanpa jeda untuk menjaga relevansi.
  2. Tekanan Engagement dan Algoritma
    Jika konten tidak sesuai tren, engagement turun. Ini memaksa kreator terus berinovasi.
  3. Harapan dari Pengikut
    Audiens mengharapkan kreativitas tanpa henti. Mereka tidak sadar bahwa setiap konten butuh proses panjang.
  4. Ketidakpastian Finansial
    Tidak semua influencer mendapat pemasukan stabil. Ini menambah beban psikologis.

Baca juga: Gen Z dan Kekuatan Media Sosial untuk Berdaya

Cara Mengatasi Burnout bagi Influencer
  • Buat Jadwal Kerja yang Jelas
    Tentukan waktu produksi konten dan waktu istirahat.
  • Ambil Jeda Tanpa Rasa Bersalah
    Sesekali berhenti sejenak penting untuk kesehatan mental.
  • Diversifikasi Sumber Penghasilan
    Jangan hanya mengandalkan adsense atau sponsor, coba bisnis sampingan.
  • Fokus pada Kualitas, Bukan Kuantitas
    Konten yang bermakna lebih efektif daripada sekadar mengejar jumlah unggahan.

Baca juga: Peran Media Sosial Memperkenalkan Kuliner ke Generasi Baru

Burnout di kalangan influencer nyata dan semakin meluas. Kesadaran akan pentingnya kesehatan mental harus menjadi prioritas. Karena pada akhirnya, kesejahteraan psikologis lebih penting daripada algoritma media sosial. ***

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *