
LEBIH dari seabad sejak ia wafat, suara Raden Ajeng Kartini kembali menggema. Gema itu kini melintasi batas waktu dan negara, setelah kumpulan surat-suratnya resmi diakui sebagai warisan dokumenter dunia oleh UNESCO. Melalui program Memory of the World (MoW), dunia kini mencatat suara emansipasi perempuan Indonesia sebagai bagian penting dari ingatan kolektif umat manusia.
Pengakuan Global atas Surat Kartini
Pengakuan ini diumumkan UNESCO melalui rilis pers tertanggal 17 April 2025. Surat-surat Kartini termasuk dalam 74 entri baru yang ditetapkan dalam Sidang Dewan Eksekutif ke-221 di Paris. Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) dan National Archives of Netherlands dari Universitas Leiden menjadi dua lembaga pengusul pengakuan penting ini.
Program Memory of the World merupakan inisiatif global yang bertujuan melindungi warisan dokumenter dunia dari ancaman kerusakan dan pelupaan. Surat-surat Kartini dianggap sebagai dokumen penting karena merekam gagasan-gagasan progresif yang melampaui zamannya. Melalui tulisannya, Kartini menyuarakan pendidikan untuk perempuan, menolak ketidakadilan, dan menantang budaya patriarki.
Surat-surat yang Menggugah Dunia
Dalam deskripsinya, UNESCO menekankan bahwa surat-surat ini menjadi sumber utama pemikiran Kartini. Disimpan di Belanda dan Indonesia, arsip tersebut mencerminkan dampak besar Kartini terhadap dunia pendidikan dan perjuangan kesetaraan gender.
“Dari hidupnya yang singkat sampai hari ini, Kartini telah menjadi sumber inspirasi dalam diskusi Indonesia dan internasional tentang pendidikan, feminisme, dan kesetaraan gender,” tulis UNESCO dalam laman resminya.

Di Indonesia, surat-surat itu telah dikenal luas melalui buku Habis Gelap Terbitlah Terang, yang disusun oleh sahabat pena Kartini, J.H. Abendanon. Buku ini memuat puluhan surat Kartini yang ditulis kepada sejumlah tokoh Eropa, memperlihatkan pemikiran tajam dan keberanian seorang perempuan muda Jawa yang menggugat batasan zamannya.
Warisan Dokumenter Indonesia di Arsip Dunia
Selain surat-surat Kartini, empat warisan dokumenter Indonesia lainnya juga berhasil masuk dalam Register MoW 2025, yaitu:
- Arsip Tarian Khas Mangkunegaran (1861–1944)
- Naskah Sang Hyang Siksa Kandang Karesian
- Karya-karya Hamzah Fansuri
- Arsip Lahirnya ASEAN
Dengan penambahan ini, total warisan dokumenter Indonesia dalam daftar Memory of the World kini mencapai 16 entri. Informasi ini turut dikonfirmasi oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Paris melalui akun Instagram resmi mereka, @indonesiainparis.
Kartini mungkin telah tiada, namun gagasannya terus hidup. Surat-suratnya bukan sekadar kenangan, tetapi penanda bahwa perjuangan untuk kesetaraan, pendidikan, dan kemerdekaan berpikir adalah suara yang tak akan pernah padam. Kini, suara itu abadi dalam arsip dunia, menginspirasi generasi lintas zaman. ***
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.