Tagar #Desperate: Gen Z Ubah Stigma Pencarian Kerja di LinkedIn

Foto: Ilustrasi/ Walls.io/ Pexels.

LINKEDLN, platform profesional terbesar, kini diwarnai tren baru yang menantang stigma lama: tagar #Desperate. Berawal dari seorang desainer grafis, Courtney Summer, yang dengan berani mengganti banner #OpenToWork-nya dengan #Desperate.

Pesan yang ingin ia sampaikan jelas: PHK atau kehilangan pekerjaan bukanlah cerminan dari kurangnya keterampilan, melainkan bagian dari realitas kehidupan.

Tren ini mengajak para pencari kerja, khususnya Gen Z, untuk secara jujur mengakui tantangan yang mereka hadapi, termasuk ketidakpastian finansial akibat PHK.

Tagar ini bukan hanya simbol rasa putus asa, tetapi juga keberanian menghadapi realitas hidup tanpa rasa malu, sekaligus menggugah empati perusahaan dan perekrut.

Baca juga: Kecenderungan Penggunaan Media Sosial dalam Rekrutmen Modern

Generasi Z, yang dikenal vokal dan terbuka, menangkap pesan ini. Di tengah tantangan pasar kerja yang makin kompetitif dan ketidakpastian ekonomi global, tagar ini menjadi simbol keberanian untuk mengakui kerentanan tanpa rasa malu.

Courtney secara gamblang menyatakan bahwa meskipun “putus asa” dalam mencari pekerjaan, itu adalah hal yang wajar dan manusiawi.

Menariknya, dalam diskusi-diskusi LinkedIn, muncul pandangan bahwa menggunakan #OpenToWork sering kali membuat pencari kerja tampak “terlalu membutuhkan”, dan inilah yang Summer ingin ubah. Baginya, tidak ada salahnya merasa putus asa ketika harus membayar tagihan dan menyokong diri sendiri atau keluarga.

Data dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) mendukung kenyataan ini, dengan menunjukkan peningkatan tingkat PHK dan penurunan peluang kerja di beberapa sektor selama beberapa tahun terakhir.

Baca juga: AI Mengubah Dunia Kerja, Apa Dampaknya bagi Gen Z?

Kondisi ekonomi global, khususnya akibat pandemi, juga memperparah ketidakpastian ini. Dan ini mendorong semakin banyak individu, terutama dari kalangan Gen Z, untuk memperjuangkan hak mereka bekerja tanpa stigma negatif.

Foto: Tangkapan layar Linkedln.
Mengapa Tren Ini Relevan?

Gen Z, yang tumbuh bersama internet dan media sosial, lebih mengedepankan kejujuran dan keterbukaan di ranah profesional.Mengakui keadaan sulit tanpa merasa rendah diri adalah ciri khas mereka.

Alih-alih menutupi kesulitan, mereka justru memanfaatkan platform seperti LinkedIn untuk memperlihatkan sisi manusiawi mereka, mengundang diskusi lebih dalam tentang apa yang benar-benar diperlukan di dunia kerja saat ini.

Baca juga: Attitude, Kunci Sukses di Segala Aspek Hidup

Dengan munculnya tren ini, #Desperate lebih dari sekadar tagar. Ini adalah panggilan untuk mengubah atau mendobrak persepsi tentang pencari kerja dan menyadari bahwa di balik layar pencarian kerja yang terlihat “tenang”, banyak orang menghadapi kenyataan pahit yang tidak selalu terungkap di permukaan.

Bagaimana Tren Ini Bisa Menginspirasi?

Penggunaan #Desperate tidak hanya memberi ruang bagi para pencari kerja untuk lebih jujur terhadap diri sendiri. Tetapi, juga mendorong perusahaan dan perekrut untuk lebih empatik.

Ini adalah pengingat bahwa di era digital ini, kejujuran dan kerentanan bisa menjadi aset, bukan kelemahan.

Tren ini membuka jalan baru bagi percakapan tentang pekerjaan di media sosial. Bagi Gen Z dan bahkan generasi lainnya, #Desperate menjadi simbol perubahan pola pikir: dari rasa malu menjadi keberanian dalam menghadapi ketidakpastian hidup.

Jadi, jangan takut untuk jujur – karena terkadang, keberanian terbesar terletak dalam mengakui ketidakpastian kita. ***

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *