
SETIAP pertandingan sepak bola menyimpan cerita. Tapi, laga Indonesia melawan China, Kamis (5/6/2025) malam, di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), bukan sekadar pertandingan biasa. Ini adalah ujian sejarah. Sebuah peluang untuk mengakhiri catatan kelam selama hampir empat dekade: tak pernah menang dari China sejak 1987.
Kemenangan terakhir Indonesia atas China terjadi di Piala Raja 1987. Sejak itu, 38 tahun telah berlalu dengan rentetan hasil yang tak menggembirakan—delapan kekalahan dan dua hasil imbang. Dalam konteks sepak bola, itu bukan sekadar statistik. Itu luka yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Namun, Kamis malam, keadaan bisa berbeda. Bukan karena lawan menjadi lemah, tetapi karena Indonesia semakin percaya diri.
Momentum dan Mentalitas Baru
Di bawah arahan Patrick Kluivert, Indonesia menunjukkan tanda-tanda pembaruan. Dalam tiga pertandingan terakhir, Garuda mencatat dua kemenangan dan tampil lebih solid. Permainan terlihat lebih rapi, pertahanan lebih disiplin, dan lini depan lebih tajam. Kluivert berhasil membawa semangat baru—yakni mentalitas percaya diri bahwa Indonesia bisa bersaing, bukan hanya bertahan.
Di sisi lain, China justru tengah berada dalam fase inkonsistensi. Tiga kekalahan berturut-turut menjadi indikator bahwa mereka belum menemukan bentuk terbaik. Bahkan dalam laga tandang, produktivitas mereka sangat rendah: hanya dua gol dari empat pertandingan terakhir. Ini bisa menjadi celah yang harus dimanfaatkan Indonesia.
Bermain di Kandang, Bermain dengan Harga Diri
Bertanding di SUGBK dengan dukungan puluhan ribu suporter adalah keuntungan besar. Suara dan sorak penonton dapat mengangkat semangat bertarung, apalagi dalam laga yang begitu bersejarah. Tapi ini juga ujian mental. Tekanan untuk menang di kandang bisa jadi pedang bermata dua.
Namun satu hal pasti: skuad Indonesia saat ini lebih siap secara mental. Tidak ada lagi rasa inferior saat berhadapan dengan tim-tim besar Asia. Apalagi dengan kehadiran pemain-pemain naturalisasi yang membawa pengalaman dan stabilitas.

Lebih dari Sekadar Angka di Klasemen
Saat ini Indonesia berada di posisi keempat klasemen Grup C dengan sembilan poin, unggul tiga angka dari China yang berada di dasar klasemen. Kemenangan besok malam bukan hanya memperlebar jarak. Tapi, juga memberi efek psikologis luar biasa—baik bagi pemain maupun publik sepak bola nasional.
Lebih penting dari semua itu, kemenangan atas China akan menghapus beban sejarah yang terlalu lama menghantui. Ini bukan hanya tentang lolos atau tidaknya ke putaran berikutnya. Ini tentang menunjukkan kepada dunia—dan kepada diri sendiri—bahwa Indonesia sudah berubah.
Besok malam, lebih dari sekadar duel 11 lawan 11 di atas rumput hijau. Ini tentang identitas, tentang bangsa yang ingin berdiri sejajar di pentas Asia. Dan mungkin, inilah waktu yang paling tepat untuk mematahkan kutukan itu. ***
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.