Circular Fashion: Gaya Keren Tanpa Limbah, Mungkinkah?

Circular fashion hadir untuk kurangi limbah tekstil. Setiap langkah kecil menuju keberlanjutan membuat perbedaan besar bagi bumi kita. Foto: Ilustrasi/ Cottonbro Studio/ Pexel.

INDUSTRI fashion selama bertahun-tahun dikenal sebagai penyumbang limbah terbesar di dunia. Tren fast fashion—produksi pakaian murah dengan siklus cepat—telah menghasilkan lebih dari 92 juta ton limbah tekstil per tahun, menurut laporan Ellen MacArthur Foundation.

Namun, ada harapan baru dengan berkembangnya konsep circular economy di sektor ini.

Berbeda dengan model ekonomi linear yang berakhir di tempat pembuangan sampah, circular economy atau ekonomi sirkular fokus pada pemanfaatan barang secara berkelanjutan.

Dalam industri fashion, konsep ini menekankan daur ulang pakaian, perbaikan produk yang rusak, dan penggunaan bahan-bahan ramah lingkungan.

Menurut McKinsey, penerapan ekonomi sirkular di sektor fashion bisa mengurangi jejak karbon global sebesar 24%.

Kenapa Industri Fashion Butuh Ekonomi Sirkular?

Fast fashion mendorong konsumsi berlebihan. Pakaian cepat sekali dibeli, cepat pula dibuang. Hasilnya? Timbunan sampah tekstil yang sangat besar.

Data dari The World Bank menunjukkan bahwa produksi tekstil bertanggung jawab atas 10% dari emisi karbon global dan 20% limbah air industri dunia.

Baca juga: Streetwear dan Thrifting: Gaya Unik Gen Z di Era Digital

Dengan ekonomi sirkular, pakaian yang tak lagi digunakan bisa didaur ulang atau dijual kembali, mengurangi limbah dan menekan konsumsi bahan baku baru.

Praktik Circular Economy di Industri Fashion

Beberapa brand besar mulai beralih ke praktik ekonomi sirkular. Misalnya, H&M dan Zara sudah menyediakan kotak-kotak daur ulang di toko mereka, mengajak konsumen untuk mengembalikan pakaian lama agar bisa didaur ulang menjadi produk baru.

Baca juga: Streetwear dan Thrifting: Gaya Unik Gen Z di Era Digital

Selain itu, merek seperti Patagonia menggalakkan program perbaikan produk. Mereka memperbaiki pakaian yang rusak agar bisa digunakan lebih lama.

Dalam hal bahan baku, banyak perusahaan mulai beralih ke bahan ramah lingkungan. Adidas, misalnya, kini menggunakan plastik daur ulang untuk membuat sepatu sneakers mereka.

Menurut laporan Fashion Revolution, sekitar 85% dari pakaian yang diproduksi akhirnya dibuang ke TPA atau dibakar. Dengan penggunaan bahan daur ulang, angka ini bisa ditekan drastis.

Manfaat Circular Economy bagi Konsumen dan Lingkungan

Ekonomi sirkular di fashion tidak hanya menguntungkan lingkungan, tapi juga konsumen. Pakaian yang lebih tahan lama berarti pengeluaran yang lebih hemat.

Selain itu, program daur ulang juga memberi insentif berupa diskon atau voucher bagi konsumen yang mengembalikan pakaian lama.

Baca juga: Ekonomi Sirkular, Tantangan dan Peluang di Indonesia

Lingkungan pun diuntungkan. Menurut studi dari European Environment Agency, jika semua perusahaan fashion global mengadopsi ekonomi sirkular, emisi karbon bisa berkurang hingga 50% dalam 10 tahun mendatang.

Meski banyak manfaat, masih ada tantangan besar dalam penerapan ekonomi sirkular. Proses daur ulang pakaian masih memerlukan energi tinggi dan teknologi yang lebih maju.

Selain itu, kesadaran konsumen terhadap pentingnya ekonomi sirkular masih rendah, terutama di negara-negara berkembang.

Berdasarkan survei dari Fashion for Good, 60% konsumen di Eropa mengatakan tertarik pada produk fashion berkelanjutan, namun hanya 30% yang benar-benar mengubah kebiasaan belanja mereka.

Masa Depan Circular Economy di Fashion

Ke depan, tren circular fashion akan semakin berkembang. Kebijakan seperti pajak karbon pada produk-produk dengan jejak emisi besar atau standar keberlanjutan yang lebih ketat dari pemerintah dapat memicu perubahan lebih cepat.

Baca juga: Gen Z Indonesia Mengubah Wajah Investasi Masa Depan

Selain itu, inovasi dalam teknologi daur ulang—seperti teknologi fiber-to-fiber recycling yang memungkinkan pakaian daur ulang memiliki kualitas setara dengan pakaian baru—juga akan mendorong ekonomi sirkular menjadi norma baru di industri fashion.

Circular economy di industri fashion bukan lagi tren, melainkan kebutuhan mendesak. Dengan langkah-langkah nyata, fashion bisa menjadi lebih hijau tanpa mengorbankan gaya. ***

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *