
TREN #KaburAjaDulu ramai di media sosial. Fenomena ini mencerminkan keresahan anak muda Indonesia yang melihat peluang lebih baik di luar negeri. Mereka berbagi informasi soal beasiswa, pekerjaan, hingga cara menetap di negara lain. Namun, apakah ini solusi terbaik atau sekadar euforia sesaat?
Generasi Muda dan Tren Hijrah ke Luar Negeri
Keinginan untuk hidup di luar negeri bukan sekadar tren baru. Menurut Indeks Mobilitas Pemuda 2023 yang dirilis oleh Youth Mobility Index Asia, pemuda Asia, termasuk Indonesia, semakin tertarik mencari pengalaman hidup, pendidikan, dan pekerjaan di luar negeri.
Laporan tersebut menemukan bahwa pemuda berinvestasi lebih banyak dalam pengalaman hidup seperti perjalanan, petualangan, pengetahuan, dan memulai usaha sosial.
Baca juga: Pekerjaan Jarak Jauh, Peluang Baru untuk Gen Z
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada tahun 2023, terdapat peningkatan mobilitas penduduk dan tenaga kerja di Indonesia. Publikasi “Statistik Mobilitas Penduduk dan Tenaga Kerja 2023” memberikan gambaran mengenai keadaan mobilitas penduduk dan tenaga kerja yang terjadi di Indonesia.
Dampak Brain Drain bagi Indonesia
Tren ini memunculkan kekhawatiran soal brain drain, yaitu migrasi tenaga kerja terampil ke luar negeri. Menurut Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional 2023 oleh BPS, fenomena ini berpotensi menghambat inovasi dalam negeri jika tidak diimbangi dengan kebijakan yang menarik mereka kembali.
Baca juga: Gig Economy dan Freelancing, Fleksibilitas Kerja di Era Digital
Namun, beberapa negara berhasil mengelola brain drain menjadi brain gain. Contohnya, Tiongkok dan India menerapkan kebijakan insentif bagi profesional yang kembali ke Tanah Air. Menurut laporan World Economic Forum (WEF) 2023-2024, strategi ini efektif dalam meningkatkan transfer pengetahuan dan inovasi.

Persiapan Sebelum Pindah ke Luar Negeri
Keinginan untuk “kabur” ke luar negeri harus dibarengi dengan persiapan matang. Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) dalam laporannya mencatat bahwa tantangan terbesar bagi migran muda adalah adaptasi budaya dan kestabilan finansial. Selain itu, memahami regulasi negara tujuan, termasuk visa, izin kerja, dan kebijakan imigrasi, sangat penting.
Baca Juga: Membidik Karir di Bidang Community Development, Peluang dan Petualangan untuk Gen Z
Menurut Pengamat Pendidikan dan Karier, Ina Liem, anak muda perlu mempertimbangkan aspek jangka panjang sebelum memutuskan hijrah ke luar negeri. “Jangan hanya tergiur dengan gaji tinggi. Pastikan ada rencana karier yang jelas. Termasuk peluang kembali ke Indonesia dengan keterampilan yang lebih baik,” ujarnya kepada media.
Pergi atau Bertahan?
Tidak ada jawaban mutlak. Bagi sebagian orang, mencari peluang di luar negeri adalah jalan menuju kehidupan yang lebih baik. Namun, menurut Profesor Herry Zudianto dari Universitas Gadjah Mada (UGM), tantangan sesungguhnya bukan di mana seseorang bekerja. Tetapi, bagaimana mereka berkontribusi, baik di dalam maupun luar negeri.
Baca juga: Gen Z dan Side Hustle, 5 Cara Hasilkan Uang Tambahan dari Rumah
Dengan dunia yang semakin terhubung, pilihan untuk tinggal atau pergi bukan lagi sekadar persoalan geografis. Yang terpenting, bagaimana setiap individu memanfaatkan peluang dan tetap membawa manfaat bagi Indonesia. ***
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.