Menanam Sebelum Terbang, Aksi Hijau Indonesia Jelang COP30

Sebelum terbang ke COP30, Menteri Hanif Faisol menanam pohon alpukat di Sukamakmur, simbol bahwa diplomasi hijau dimulai dari tanah sendiri. Foto: KLH.

SEBELUM ribuan kilometer ditempuh menuju Brasil, Delegasi Indonesia menanam harapan di tanah sendiri. Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH) menggelar aksi tanam pohon di Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Sukamakmur, Bogor, sebagai simbol komitmen hijau menuju Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP30) di Belem, Brasil, November 2025.

Langkah ini bukan seremonial semata. KLH/BPLH menyebut kegiatan tersebut sebagai cara mengimbangi emisi penerbangan jarak jauh para delegasi ke COP30. Perjalanan Jakarta–São Paulo sejauh 16.000 kilometer bisa menghasilkan sekitar 2,6 ton emisi CO₂e per orang.

Baca juga: NASA Investasi 11,5 Juta Dolar AS Demi Penerbangan tanpa Emisi

Dengan menanam pohon secara berkelanjutan, setiap pohon dewasa dapat menyerap 30–50 kilogram CO₂ per tahun, sebuah kontribusi kecil yang berarti besar jika dilakukan bersama.

“Setiap langkah diplomasi internasional yang kita tempuh selalu diiringi aksi nyata di dalam negeri. Inilah makna sejati dari Think Globally, Act Locally,” kata Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq.

Dari Diplomasi ke Aksi Nyata

Kegiatan tanam pohon di Sukamakmur melibatkan kementerian, dunia usaha, akademisi, mitra pembangunan, media, dan masyarakat setempat. Kolaborasi pentaheliks ini menjadi contoh nyata transisi menuju pembangunan rendah karbon yang berbasis partisipasi publik.

Baca juga: Maskapai Patungan Bikin “Bensin Hijau” Buat Pesawat

Desain Grafis: Daffa Attarikh/ MulaMula.

“Keberhasilan agenda iklim tidak berhenti di dokumen dan forum internasional, tapi terlihat dari kesinambungan aksi di lapangan,” tambah Hanif.

Pohon, Ekologi, dan Harapan Baru

Sukamakmur dikenal sebagai kawasan dengan kontur tanah curam dan rawan longsor. Karena itu, KLH/BPLH menanam Multi-Purpose Tree Species (MPTS) seperti durian, alpukat, mangga, dan jambu. Jenis-jenis pohon ini mampu memperkuat lapisan tanah, menjaga cadangan air, serta memberi nilai ekonomi bagi warga sekitar.

Baca juga: Prabowo–Lula Sepakat Selamatkan Hutan Dunia di COP30

Langkah ini bukan hanya menurunkan emisi, tapi juga menjadi bagian dari adaptasi terhadap risiko bencana. Dengan pendekatan ini, diplomasi hijau Indonesia bukan hanya berbicara tentang target global, tapi juga tentang tindakan nyata yang berakar di tanah sendiri.

Dari Sukamakmur hingga Belem, pesan yang dibawa Indonesia jelas. Diplomasi iklim tidak hanya dibangun dari pidato, tapi dari akar yang tumbuh dan pohon yang hidup. ***

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *