
Dunia yang Sibuk Berbicara
KITA hidup di zaman ketika semua orang bisa bicara, tapi sedikit yang benar-benar mendengar.
Setiap peristiwa, tragedi, atau opini publik, selalu berakhir sama.
Bukan di ruang belajar, tapi di kolom komentar.
Di sana, kebenaran bukan lagi hasil pencarian, tapi hasil teriakan paling keras.
Fakta dikalahkan oleh jumlah likes,
dan argumen diganti dengan feeling.
Kita tidak lagi membaca untuk memahami,
kita hanya menunggu giliran untuk membalas.
Informasi Tanpa Pemahaman
Menurut Reuters Digital News Report (2024), 73% generasi muda mengaku sumber informasi pertama mereka bukan dari buku atau berita resmi,
melainkan dari media sosial.
Dan dari sana, filter bubble membentuk keyakinan, bukan pengetahuan.
Baca juga: Aksara: Dunia Semakin Cerdas, Manusia Semakin Mudah Ditipu
Algoritma memberi kita apa yang ingin kita dengar, bukan apa yang perlu kita tahu.
Kita dibiasakan percaya pada “versi kita sendiri dari kebenaran.”
Akhirnya, dunia bukan lagi dibangun di atas data, tapi di atas narasi yang paling sering diulang.
Literasi yang Terkikis oleh Emosi
Media sosial membuat semua orang merasa berhak menjadi ahli dalam segala hal.
Tentang sejarah, agama, politik, bahkan sains.
Namun, di balik klaim itu, banyak yang tak benar-benar membaca lebih dari tiga paragraf.
Baca juga: Aksara: Kalau Mau Pintar, Tutup TikTok-mu dan Buka Buku!
Fakta hanya dibaca kalau cocok dengan perasaan.
Judul dipercaya tanpa membuka isi.
Dan ketika argumen kalah, serangan pribadi jadi pelarian paling mudah.
Inilah zaman ketika emosi menggantikan riset, dan kebisingan menggantikan pemahaman.
Kembali ke Halaman yang Tenang
Mungkin sudah saatnya kita menutup kolom komentar,
dan membuka halaman buku.
Membaca bukan untuk membantah, tapi untuk memahami.
Bukan untuk menang, tapi untuk mengerti.
Baca juga: Aksara: Kapan Terakhir Kali Kamu Membaca Buku?
Karena kebenaran sejati tidak lahir dari perdebatan di dunia maya,
melainkan dari kesediaan untuk berpikir dalam kesunyian.
Di dunia yang riuh oleh komentar, membaca bisa jadi tindakan paling revolusioner.
Salam literasi. ***

Catatan Redaksi
- Aksara adalah rubrik khusus mulamula.id yang hadir setiap akhir pekan untuk menggugah publik agar kembali ke khitah ilmu: membaca, memahami, dan berpikir. Lewat tulisan reflektif, satir, hingga inspiratif, Aksara mengingatkan bahwa peradaban besar tidak lahir dari kecepatan scroll, tapi dari halaman yang dibaca dengan sabar.
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.
Dukung Jurnalisme Kami: https://saweria.co/PTMULAMULAMEDIA